Gol tanpa melihat bola (no look goal). Selebrasi tarian kungfu (kungfu celebration). Sang pelayan. The false nine. Itulah beberapa istilah yang seringkali diberikan penonton atau netizen untuk menggambarkan karakter seorang pesepakbola asal negeri Samba, Roberto Firmino.
Setelah delapan tahun berkiprah untuk Liverpool, ia akhirnya dilepas sambut oleh para Kopites seusai laga kandang terakhir, tepatnya pertandingan ke-37, Premier League musim 2022/2023 di Stadion Anfield melawan Aston Villa.
Sesuai prediksi banyak pengamat sepakbola, pertandingan itu bakal berjalan alot. Usaha-usaha pemain Liverpool untuk memanfaatkan peluang di depan gawang begitu mudah dihentikan oleh para pemain asuhan Unai Emery. Sampai babak pertama usai, The Reds tertinggal satu gol yang dicetak oleh pemain muda The Clarets & Blue Army pada menit ke-27, yaitu Jacob Ramsey.
Dalam laga melawan Aston Villa sore itu, Firmino diturunkan Jurgen Klopp sebagai pengganti Luis Diaz pada menit ke-72. Tak disangka, gol semata wayangnya pada menit ke-89 berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Bola yang dioper oleh Mohamed Salah di sisi kanan berhasil disontek ke arah gawang yang dijaga Emiliano Martinez. The Reds tak jadi gigit jari di kandang. Pasalnya, jika laga malam itu bisa dimenangkan Liverpool, maka peluang Liverpool masuk zona Liga Champions sedikit terbuka. Meskipun hanya mendapatkan satu poin dan terasa antiklimaks, laga itu menjadi perpisahan yang manis buat Si Senor (istilah dalam bahasa Spanyol yang berarti ‘Tuan’).
Kepergiannya seperti memberi petunjuk bahwa era gemilang skuat Jurgen Klopp bakal terus mengempis. Setelah sebelumya melepas pemain-pemain seperti Lallana, Origi, Lovren, Wijnaldum, dan Mane, kini giliran Firmino, Ox, Milner, dan Keita. Empat nama terakhir habis kontrak pada tahun 2023, sehingga statusnya free agent.
Sebagai fans, ada rasa getir ketika sebuah skuat sudah cukup solid dan pernah memenangkan beberapa trofi bergengsi, tiba-tiba ada saja anggota keluarga yang tiba waktunya untuk pergi. Usia dan pengalaman tak bisa bohong. Regenerasi mesti terus dilakukan. Mungkin ini waktu yang tepat sebelum terlambat.
Di sisi lain, kepergiannya tentu akan dirindukan banyak fans yang sudah menjadi saksi era gemilang itu. Tak tanggung-tanggung, sebuah chant istimewa yang dipersembahkan untuk Firmino berjudul ‘Si Senor’ bergemuruh dari ujung ke ujung stadion Anfield. Sambil menyambut penonton di Anfield, matanya tak kuasa menahan tumpahan air mata.
View this post on Instagram
Konon lagu itu pertama kali diperdengarkan oleh para fans Liverpool yang sedang berkumpul di sebuah bar di kota Belgrade, Serbia, pada tahun 2018. Chant tersebut iramanya mirip dengan versi yang dinyanyikan di dalam stadion Anfield, tetapi liriknya dilafalkan dalam bahasa Serbia. Tak semua pemain punya kesempatan mendapatkan chant yang istimewa seperti ini jika performanya tak cukup meyakinkan.
Chant 'Si Senor' akhirnya sering dinyanyikan belakangan setiap kali Firmino mencetak gol ke gawang lawan, sekaligus menjadi sebuah julukan. Share on XThere’s something that the kop wants you to know // The best in the world his name is Bobby Firmino // Our number nine // Give him the ball and he’ll score everytime // Si Señor // Pass the ball to Bobby and he’ll score
Musim ini mungkin bukan musim terbaik pemain bernomor punggung 9 itu. Ia sempat mengalami cedera sehingga menit bermainnya tak sebanyak musim-musim sebelumnya. Ia lebih sering turun dari bangku cadangan. Apalagi Klopp juga sudah memboyong beberapa penyerang baru dengan usia-usia yang relatif lebih muda seperti Darwin Nunez dan Cody Gakpo.
Pemain yang didatangkan dari Hoffenheim itu adalah bagian dari era skuat ‘gegenpressing’ terbaik Klopp. Masa-masa emasnya adalah saat ia menjadi salah satu andalan dari trio lini depan The Reds, menemani Mane dan Salah. Ia sudah mengoleksi 81 gol dari 255 penampilannya bersama Liverpool.
Gaya bermainnya benar-benar bisa nyetel dan terasah dengan baik di bawah asuhan Klopp. Ia menjadi penyerang modern yang cukup disegani karena bisa membawa Liverpool menjuarai liga. Ia bukan hanya penyerang yang punya naluri mencetak gol, tetapi juga jago menekan lawan (pressing) di lini terdepan sekaligus rajin memberikan asis kepada rekan setimnya.
Aksi-aksi akrobatiknya ala pemain bola asal Brazil di atas lapangan tak akan terlupakan banyak fans. Dari no look goal sampai selebrasi kungfu yang ikonik itu bakal mudah diingat oleh para Kopites ketika suatu saat ada orang yang mengenang namanya sebagai legenda Liverpool.
Satu-satunya hal yang disayangkan dari kariernya adalah dengan sejumlah pengalamannya bersama klub, ia tak terlalu banyak mendapat menit bermain pada tim nasional Brazil lantaran persaingan pemain senegara yang cukup ketat. Semenjak menjadi bagian dari skuat Brazil dari tahun 2014, ia hanya tampil sebanyak 55 kali dengan torehan 17 gol.
Bulan Oktober nanti, usia Firmino akan menginjak 32 tahun. Usia yang sudah tidak muda lagi bagi seorang penyerang. Sudah bukan waktunya lagi mengasah kemampuan, tetapi ini waktunya untuk mencari pengalaman dengan klub lain ke mana pun ia akan berlabuh nanti.
Ia pernah bilang bahwa ia tak akan memilih klub sesama Premier League sebagai bagian rasa hormatnya kepada Liverpool. Sejumlah klub yang belakangan tertarik berasal dari klub-klub liga Italia, Turki, dan Jerman.
Untuk mengenang pengabdiannya bersama Liverpool, wajahnya terlukis di salah satu mural bangunan di kota Liverpool. Sampai berjumpa lagi, obrigado…
Mural Roberto Firmino di deket burjo sudut kota Liverpool pic.twitter.com/qStb1jCLUY
— Siaran Bola Live (@SiaranBolaLive) May 20, 2023