Akhir Era Trio Penyerang Liverpool: Sampai Berjumpa Lagi, Super Sadio!

Akhir Era Trio Penyerang Liverpool: Sampai Berjumpa Lagi, Super Sadio!

269 pertandingan. 120 gol. 38 asis. Itu berarti rata-rata ada dua gol yang dicetak dalam setiap pertandingan yang dilakoni Liverpool, hanya berasal dari satu orang pemain. Catatan yang mengagumkan untuk seorang penyerang kelas dunia asal Senegal (Afrika), Sadio Mane.

Setelah enam tahun berseragam Liverpool, ia harus dilepas ke Bayern Munich dengan banderol 32 juta poundsterling hingga tahun 2025. Banyak fans yang menaruh rasa hormat kepada Mane karena ia adalah pemain yang punya prestasi di level klub maupun timnas negaranya.

Dalam wawancara terakhir sebelum berpindah ke Bayern, Mane beralasan bahwa kepindahannya adalah murni karena ia ingin mencari tantangan baru. Ia selalu bahagia untuk terus menantang dirinya sendiri agar lebih baik sebagai seorang pesepak bola profesional. Baginya Bayern adalah satu-satunya klub yang ia inginkan setelah ‘wisuda’ dengan predikat cumlaude sebagai pemain Liverpool.

Di sisi lain, dengan segala pencapaiannya, ia sudah waktunya menawar dan mendapatkan gaji mingguan yang lebih tinggi. Bersama Liverpool, terakhir ia menerima gaji sebesar £ 150.000 per pekan. Nilai tersebut masih di bawah pemain-pemain Liverpool lainnya seperti Van Dijk, Firmino, Thiago, dan yang tertinggi adalah Salah (£ 220.000 per pekan). Bersama Bayern, Mane sudah deal dengan gaji sebesar £ 250.000 per pekan. Itu artinya Mane adalah pemain Afrika yang digaji paling tinggi saat ini.

Alasan itu bisa dimaklumi karena tahun ini usianya menginjak 30 tahun. Usia yang sudah tidak lagi muda, ia sudah waktunya memasuki masa sebagai pesepakbola yang matang. Mane perlu mencoba kompetisi sepakbola di liga yang lain.


Sebelum berkiprah di Premier League, ia pernah mengawali kariernya bersama FC Metz (Prancis) dan Red Bull Salzburg (Austria). Tercatat ia bermain di Premier League sejak tahun 2014 dengan bergabung terlebih dulu ke Southampton yang kala itu dilatih oleh Ronald Koeman.

Bersama Southampton, Mane cukup mencuri perhatian klub-klub Premier League. Salah satu kelebihannya saat itu adalah naluri mencetak golnya yang begitu tinggi. Apalagi ia memiliki DNA khas penyerang Afrika yang dikenal punya kecepatan berlari di atas rata-rata. Ia punya potensi menjadi pemain bintang saat pindah ke klub yang punya persaingan kasta tertinggi.

Harus diakui bahwa Mane adalah salah satu penyerang andalan Jurgen Klopp. Ia didatangkan Klopp pada 2015, tak lama setelah Klopp bergabung ke Liverpool pada 2015. Pemain bernomor punggung 10 itu lebih sering dimainkan sebagai penyerang kiri, meskipun terkadang dimainkan sebagai penyerang kanan maupun striker.

Bersama dua penyerang lain, Mohamed Salah dan Roberto Firmino, trio lini serang ini menjadi poros kebangkitan Liverpool selama lima tahun ke belakang. Tak hanya di level kompetisi liga, ketajaman trio ini sudah diakui di level kompetisi Eropa.

Salah satu yang diingat banyak orang dari seorang Mane adalah bagaimana ia bisa menempatkan diri menjadi kawan dan rival. Sebagai contoh saat ia di Liverpool, ia satu tim dengan Salah. Salah juga sama-sama seorang pemain asal Afrika, Mesir, yang beberapa waktu lalu negaranya saling bertemu di laga Final Piala Afrika 2022 dan kualifikasi Piala Dunia 2022. Meski Senegal dua kali menang, Mane tak mau jumawa di hadapan Salah.

Memang popularitas Mane tak sebesar Salah. Namun, buat saya, keduanya adalah ikon sepak bola Afrika saat ini. Kebetulan keduanya pernah bermain di kesebelasan yang sama dan kebetulan pula keduanya sama-sama menjadi pemain yang memegang role penting dalam skuat utama.


Kepindahan Mane mungkin saja akan mengakhiri era trio legendaris Liverpool: Mane-Firmino-Salah. Era dimana selama mereka menjadi bagian dari skuat utama, maka gol-gol akan tercipta bergitu mudahnya oleh salah satu dari mereka. Pun ketiganya sudah memenangkan banyak pertandingan, berbagi gol, juga mengangkat beberapa trofi.

Mane mungkin bukan pemain yang sempurna. Sama seperti pemain yang lain, ia juga pernah melakukan kesalahan, gagal mencetak gol, atau kesal dengan sesama pemain Liverpool. Tapi setidaknya ia selalu mencoba untuk bangkit sekaligus membuktikan kemampuannya di pertandingan-pertandingan selanjutnya. Ia bukan tipikal pemain yang neko-neko atau mudah cedera.

Kini Liverpool bersiap menyongsong era baru di lini serangnya. Musim depan Liverpool masih sangat menjanjikan. Nama-nama penyerang dengan usia yang lebih muda, siap memberikan kejutan seperti Diogo Jota, Luis Diaz, dan yang terakhir adalah rekrutan teranyar Darwin Nunez. Firmino dan Salah, serta warisan yang ditinggalkan Mane seharusnya cukup untuk memoles mental para pemain debutan itu.

Untuk semua hal baik yang sudah kamu torehkan bersama Liverpool selama ini, kami para fans Liverpool di seluruh dunia, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Sampai jumpa lagi, Super Sadio! Good luck…

 

Komentar
You May Also Like