Memang tidak mudah untuk membuat daftar album paling asik jika melihat kenyataan sekarang bahwa banyak musisi sekarang ini lebih banyak merilis single satu per satu. Sehingga jika dinilai berdasarkan rilisan album, akan semakin sulit.
Terlebih sampai akhir tahun 2021 saja tidak banyak musisi yang merilis album secara penuh, meskipun sudah merilis beberapa single. Dengan alasan tersebut, saya harus ikhlas mengabaikan musisi yang hanya merilis single secara ketengan untuk tidak dimasukkan ke daftar di bawah ini. Namun, saya akan tetap memasukkan musisi yang mencoba mengeluarkan album dalam bentuk EP juga versi reissue atas album-album yang pernah dirilis masa lalu.
Dalam daftar berikut saya mencoba menuliskan 14 album yang buat saya menarik untuk didengarkan selama tahun 2021. Awalnya daftar berikut ditentukan sebanyak 10 album saja, tetapi malah telanjur menemukan 14 album yang benar-benar sesuai selera. Untungnya, dari belasan album tersebut masih memuat genre-genre musik yang cukup variatif seperti daftar tahun lalu, dari pop, rock, sampai metal.
Sebagian daftar berikut diambil dari musisi ibukota nasional, sebagian lagi musisi internasional. Ya sudah, langsung saja menyimak album-album pilihan tahun 2021 ini. Oya, urutan nomor tidak menentukan ranking album.
1. NOAH – Taman Langit
Sudah sejak bertahun-tahun lalu, proyek Second Chance ini direncanakan oleh Ariel CS. Pada akhirnya rilis juga di pengujung tahun 2021. Di era Peterpan, album ini memang bukan album terbaik mereka, tapi bagi penggemar musik NOAH sejak era Peterpan, album ini adalah tonggak sejarah, untuk tidak menyebutnya sebagai album nostalgia. Harus diakui, album yang dirilis untuk pertama kalinya 18 tahun yang lalu ini terbukti sukses melambungkan nama Peterpan.
Album Taman Langit versi NOAH digarap dengan aransemen musik yang lebih fresh dan modern. Jika sudah sering nonton konser musik NOAH beberapa tahun belakangan, maka tidak akan asing dengan aransemen-aransemen yang disuguhkan di dalam album Taman Langit versi NOAH. Pun tidak akan sulit mendengarkan cara atau teknik bernyanyi Ariel era NOAH di lagu-lagu misal seperti “Semua Tentang Kita” atau “Aku dan Bintang”.
Sementara beberapa lagu yang tidak terlalu banyak mengalami perubahan aransemen maupun cara bernyanyi termasuk “Sahabat”, “Dan Hilang”, dan “Kita Tertawa”. Yah, dari keterangan Ariel saat press conference album ini beberapa waktu lalu, mereka memang sengaja meninggalkan semacam legacy aransemen versi Peterpan di beberapa lagu agar pendengar lama tak sulit untuk mengikuti perubahan cara bermusik dari Peterpan ke NOAH.
Sebagai pendengar NOAH sejak Peterpan, lagu favorit di album ini adalah “Satu Hati”. Lagu yang sangat jarang dibawakan saat manggung, tetapi isian gitar melodi Lukman selalu membekas sampai akhir lagu. Sentuhan suara kibor David, yang juga ada di setiap lagu di album ini, juga memberi kesan yang berbeda sekaligus membedakan album Taman Langit versi Peterpan dan NOAH.
Rasanya sudah tak sabar untuk mendengarkan hasil untuk album-album selanjutnya: Bintang di Surga, Hari yang Cerah, dan Second Chance! Konon tiga album tersebut akan segera dirilis secara berurutan sampai bulan Februari 2022.
2. Dream Theater – A View From The Top of The World
Tak bisa dimungkiri, Dream Theater adalah salah satu dedengkot band progresif metal paling produktif saat ini. Setelah meluncurkan album Distance Over Time pada 2019 lalu, tahun ini mereka kembali merilis album A View From The Top of The World.
Begitu tahu isian gitar track “Awaken the Master” digarap oleh John Petrucci dengan delapan senar, rasanya makin sulit dibayangkan bagaimana musik-musik Dream Theater itu dimainkan dan dihafalkan. Sudah chord-nya progresif dan tidak biasa (tempo naik turun), durasinya panjang, juga butuh kemampuan teknikal yang mumpuni. Dentingan suara kibor John Rudess menambah kemegahan sekaligus konsistensi cara bermusik band asal Amerika ini.
Track favorit di album ini adalah “Invisible Monster” dan “The Alien”. Track dengan durasi paling panjang ada di lagu terakhir berjudul “A View From The Top of The World”, yang dibagi ke dalam tiga bagian dan menghasilkan durasi sampai dua puluh menit!
3. Iron Maiden – Senjutsu
Strategi promosi yang apik disertai dengan kualitas album yang oke punya jadi kelebihan band legendaris metal satu ini ketika merilis album Senjutsu, album ketujuh belasnya. Awalnya, unit heavy metal asal London ini memperkenalkan cover album Senjutsu yang gagah, menampilkan sosok monster yang sedang mencengkeram sebilah pedang.
Dalam bahasa Jepang, Senjutsu berarti taktik dan strategi. Album ini terdiri dari 2 bagian. Enam lagu di dalam Disc 1 berisi enam lagu, salah satunya adalah single pertama untuk album ini yaitu “The Writing on The Wall”. Empat lagu lainnya ada di dalam Disc 2, dengan durasi tiap lagu yang cukup panjang, bahkan ada yang sampai 12 menitan (“The Parchment”).
Coba dengarkan lagu-lagu lain yang asik seperti “Stratego” dan “Days of Future Past”. Album yang perlu diperdengarkan kepada mereka yang doyan musik heavy metal tahun 2021.
4. Gojira – Fortitude
Nama Gojira diambil dari pelafalan Godzilla dalam dialek bahasa Jepang. Meski demikian, unit metal satu ini bukan berasal dari Jepang, melainkan Perancis. Album Fortitude merupakan album ketujuh mereka, yang mana album terakhir sebelum ini, Magma, dirilis pada tahun 2016 yang lalu.
Album ini banyak mendapatkan pujian dari skena metal dunia. Salah satunya karena berhasil melakukan eksperimen dengan genre-genre lain di luar metal, tanpa harus kehilangan ruh metalnya itu sendiri. Singkat kata, album ini masih cukup kental dengan sayatan-sayatan gitar riff-jabs ala gitaris Christian Andreu, melodi pinch harmonic, lirik bernuansa self-loved, serta durasi lagu yang panjangnya bisa sampai enam setengah menit.
Fortitude berisikan 11 lagu. Melalui perkenalan lewat single pertama “Born For One Thing”, lagu-lagu selanjutnya yang menyenangkan untuk didengarkan termasuk “Amazonia”, “Another World”, dan “Into the Storm”.
5. KOIL – First & Second Installment
Saya sebetulnya baru mendengarkan Koil beberapa tahun belakangan ini. Saat lagu-lagu Koil mudah ditemukan di platform streaming. Dulu sekali pernah menonton mereka saat masuk televisi, kolaborasi dengan Ahmad Dhani, menyanyikan lagu “Kenyataan dalam Dunia Fantasi”. Band yang jarang manggung dan hiatus cukup lama sejak sukses merilis album Blacklight pada tahun 2007.
Semasa pandemi, frontman sekaligus vokalis Otong Koil, mulai sering terlihat di beberapa sesi bincang-bincang di YouTube. Membicarakan soal kondisinya terkini dan rencana album baru Koil. Apalagi sosoknya juga sering meramaikan jagad Twitter dengan memposting gambar atau meme lucu. Banyak yang memuji Otong sebagai salah satu penulis lirik berbahasa Indonesia terbaik.
Album First Installment & Second Installment konon adalah proyek rilisan Koil yang bakal akan terus dilanjutkan. Sebetulnya First Installment rilis lebih dulu pada 2020, baru kemudian Second Installment. Namun, karena keduanya rilis dengan jeda yang tak terlalu lama dan konsep yang tak beda jauh, maka dijadikan satu di bahasan ini.
Pada dua rilisan pertama tersebut, Koil banyak melakukan remix lagu-lagu di album lama dan meng-cover musik band lain. Misal di album First Installment, Koil mengcover “Interstate Love Song” (Stone Temple Pilots), “1979” (Smashing Pumpkins), “Closer” (Travis), dan “Rilkean Heart” (Cocteau Twins). Sementara di album Second Installment, mereka bahkan mengcover sepuluh lagu pilihan milik Pink Floyd.
Album ‘gado-gado’ ini masih ditambah dengan beberapa materi baru Koil yang tetap lincah untuk didengarkan, seperti “Pecandu Narkhotbah”, “Sorak Bergembira”, “Mitra Iblis”, dan “Tak Ada Wifi di Alam Baka”. Lirik-liriknya seperti ditulis berdasarkan keresahan dan pengalaman sang frontman selama hiatus. Oya, maaf, sampai sekarang album ini tidak ada di Spotify.
6. Stars and Rabbit – On Different Days
Setelah sukses dengan album Rainbow Aisle yang rilis pada tahun 2020, Stars and Rabbit kembali menelurkan materi barunya ke dalam album On Different Days. Duo yang kini beranggotakan seorang vokalis Elda Suryani dan gitaris Didit Saad ini semakin menemukan keseruan-keseruan baru di album ini.
Kehadiran gitaris Didit Saad pada 2020 menggantikan gitaris sebelumnya seperti menjadi era Stars and Rabbit yang lebih segar, tanpa perlu menanggalkan identitas Stars and Rabbit. Isian gitar yang catchy dan clean Didit sekaligus lengkingan suara Elda, menjadikan album ini tetap melodius dan mudah didengarkan meskipun ditulis dengan lirik-lirik berbahasa Inggris.
Simak nomor-nomor asik seperti di lagu “Merry Alone” dan “Pretty Anticipated”.
7. Begundal Lowokwaru – Singosari
Pertama kali kenal band Street Punk Oi! asal Malang ini dari lagu berjudul “Selamat Menikah Teman” dari album Discomorphosis Akustikapitalis (2009). Nomor paling beken yang mungkin paling lekat dengan Begundal Lowokwaru (BL) itu sendiri. Hanya berbekal gitar akustik dan suara serak sang vokalis, lagu ini jadi salah satu yang ditunggu-tunggu fans mereka untuk sing along saat manggung. Bahkan saya sendiri pernah semudah itu mendengarkan lagu ini diputar di salah satu swalayan di daerah Malang.
Pandemi membuat Ustard Chipeng CS terlihat produktif. Dari membuat acara bincang-bincang sesama personel BL, sejarah BL dan kehidupan di Malang, sampai bercerita soal proses pembuatan album Singosari ini melalui kanal YouTube.
Dari tujuh lagu yang ada album ini, ada dua lagu lama yang di-remake, selain “Selamat Menikah Teman” juga “From the Patch to the Pin”. Seperti album-album sebelumnya, BL masih mengusung tema-tema seputar pertemanan, akamsi, dan semangat hidup. Dua lagu favorit di album ini adalah “Kawan Rantau” dan “Dari Singosari Kemana-Mana”.
Selain dirilis dalam format streaming, album ini sempat dirilis secara fisik dalam format kaset, CD, bahkan vinyl. Selama 2021, BL tidak hanya merilis album, tetapi juga sempat merilis single kolaborasi dengan musisi lain, yang hasilnya juga menarik untuk disimak. Misal kolaborasi dengan Bravesboy di lagu “Alkohol yang Mempersatukan Kita Semua” atau kolaborasi dengan Iksan Skuter di lagu “Pergi Begitu Cepat”.
8. Adele – 30
Jika tahun 2020 adalah tahunnya Taylor Swift, maka mohon maaf tahun 2021 gantian tahunnya Adele. Sebagai duta penyanyi pop/folk wanita di kancah dunia, keduanya punya ciri khas yang tak dimiliki penyanyi lain. Adele sempat vakum dari dunia musik sejak tahun 2016. Tahun ini, ia kembali dengan album barunya sekaligus album keempatnya bertajuk 30. Judul album ini diambil dari jumlah usia Adele saat ia memutuskan bercerai dengan bekas suaminya, Simon Konecki.
Single “Easy On Me” dipilih menjadi pembuka album ini. Single yang berisi curhatan sekaligus biografi perceraian dirinya. Lagu yang tidak sulit untuk dicerna oleh pendengar-pendengar lama Adele sejak album 19. Begitu juga dengan vibes lagu-lagu lain di album ini, secara tematik masih mengusung kisah sedih, sekaligus itikad baik melepaskan diri dari jeratan quarter-life crisis. Namun tak perlu khawatir, karakter suara Adele yang powerful dan tidak menye-menye, sudah cukup membuat album ini tidak terasa menyedihkan atau membosankan pada waktu yang sama.
9. Carnivored – Labirin
Rasanya Indonesia sudah tak perlu takut lagi kehilangan band-band metal panutan. Semakin kesini, makin banyak band metal yang merilis album dengan konsep baru dan punya ciri khas. Salah satu yang patut disimak selama tahun 2021 ini adalah album baru unit metal asal Tangerang, Carnivored.
Album bertajuk Labirin seperti menjadi penawar rasa marah di tengah-tengah pandemi yang masih belum benar-benar binasa. Bila pada album-album sebelumnya, lirik-lirik lagu Carnivored ditulis dalam bahasa Inggris, di album ini mereka mulai mencoba menulis lirik lagu dalam bahasa Indonesia. Sebut nomor-nomor seperti “Rintih Mengemis” yang dijadikan single pertama, kemudian ada “Tunduk Raga”, “Sekarat Asa”, “Sekutu Hitam”, juga “Terjerat Senyap”.
Secara keseluruhan, album ini terdengar seperti perpaduan groovy, thrash, progresif, sekaligus heavy metal!
10. Endank Soekamti – Akustik
Sebagai band pop punk paling produktif di Indonesia, Endank Soekamti menawarkan sesuatu yang baru buat para Kamtis. Jeda sekian bulan di tengah-tengah pandemi tanpa ada konser, berusaha dimafaatkan Endank Soekamti merilis album dalam format akustik. Tahun 2020 lalu, mereka baru saja mengeluarkan album Air, album konseptual yang rekamannya dikerjakan di Pulau Kepa, Alor.
Tak tanggung-tanggung, album ini berisi 17 lagu pilihan Endank Soekamti yang dinyanyikan secara akustik dan dirilis dalam bentuk bokset. Sebelum dikemas dalam bentuk album, awalnya konsep akustik ini dirilis dalam bentuk video Youtube, direkam di kawasan Tumpeng Menoreh, Kulon Progo.
Buat saya, ini adalah album yang bisa didengarkan siapa saja, karena lagu-lagu yang dipilih adalah lagu yang mudah dihafal dan bisa dirasakan oleh semua orang. Misal coba dengarkan lagu-lagu seperti “Selamat Pagi”, “Fatherhood”, juga “Satria Bergitar” versi akustik, cocok sebagai musik pengiring kontemplasi saat naik kendaraan.
11. Coldplay – Music of The Spheres
Album ini mungkin bukan album Coldplay terbaik sepanjang masa, tetapi album ini adalah album yang muncul di saat yang tepat. Sarat dengan alat musik eksperimental sekaligus menawarkan vibes musik paling kekinian, tetapi juga semakin menjauh dari genre britpop. Mereka justru makin kaya dengan sentuhan-sentuhan synth-pop, yang mereka sebut dengan ‘musik alien’. Di album Music of The Spheres ini juga, Coldplay berkolaborasi dengan beberapa musisi seperti Selena Gomez, We Are KING, Jacob Collier dan supergrup asal Korea Selatan, BTS.
Coldplay memperkenalkan album ini sejak single “Higher Power” dirilis pada Mei 2021. Versi albumnya sendiri baru dirilis pada 15 Oktober 2021. Ada dua belas lagu di album ini, beberapa lagu diberi judul yang unik karena hanya menggunakan emoticon. Lagu-lagu favorit di album ini termasuk “Higher Power”, “My Universe”, “Let Somebody Go”, dan “Coloratura”. Salah satu bentuk kesuksesan album ini adalah lagu “My Universe” yang sampai tulisan ini dibuat sudah didengarkan lebih dari 317 juta kali pada platform streaming Spotify.
12. The Brandals – Preambule
Band rock n roll asal Jakarta yang digawangi Eka Annash ini hadir dengan album baru bertajuk Preambule, semenjak sepuluh tahun lalu merilis album DGNR8. Sebelum mengeluarkan single “Preambule”, The Brandals lebih dulu memperkenalkan single “The Truth is Coming Out” pada tahun lalu. Single tersebut disambut dengan baik oleh pendengar, meski ditulis dengan lirik berbahasa Inggris.
Pertama kali mendengarkan dua lagu tersebut sudah bisa ditebak bahwa The Brandals memang sengaja bakal membuat album yang intens dengan muatan lirik-lirik sosial dan politik. Band yang dulunya dikenal melalui lagu “100% Kontrol” ini mencoba eksistensinya menghiasi blantika musik Indonesia dengan musik yang benar-benar ‘rock’ alih-alih ‘pop’. Album ini masih lekat dengan benang merah musik The Brandals, sekaligus merangkum perjalanan musik mereka sampai saat ini meski sudah berkali-kali bongkar pasang personel.
13. Iwan Fals – Pun Aku
Oi, sebutan untuk fans Iwan Fals, harus mengakui jika Iwan Fals sekarang berbeda dengan Iwan Fals era tahun 80-an atau 90-an. Generasi yang hidup pada tahun-tahun itu akan lebih menikmati lagu-lagu Iwan Fals lama yang sarat dengan lirik-lirik nyentil berisi kritik kepada pemerintah atau sekadar menuliskan lagu cinta yang relate dengan situasi saat itu.
Album Pun Aku menjadi bukti untuk kesekian kalinya bahwa Iwan Fals masih terus berkarya di usianya yang menginjak 60 tahun. Album yang masih dirilis di bawah bendera Musica Studios ini tentunya bukan album kolaborasi Iwan Fals pertama yang berusaha menggandeng musisi lain. Di album ini, Iwan Fals berkolaborasi dengan musisi-musisi muda berbakat yang secara usia ada di kisaran 20-an tahun.
Eksekusi yang baik dan keberhasilan mengajak musisi muda berbakat menjadi kelebihan album ini. Tidak sulit untuk mendengarkan album ini jika sudah terbiasa menyimak aransemen lagu-lagu indie para musisi yang terlibat di album ini. Lagu-lagu favorit di album ini termasuk “Sebuah Genteng” (ft. NonaRia), “Bunga Kayu” (ft. Rara Sekar & Maya Hasan), “Untukmu” (ft. Nadin Amizah), juga “Patah”.
14. Godless Symptoms – Satir Getir
Sebagai penikmat musik thrash metal, rasanya ada yang kurang bila tidak ikut mendengarkan album baru dari Godless Symptoms, Satir Getir. Album kelima unit crossover thrash metal yang dirilis di bawah label DSSTR Records ini berisi sembilan lagu baru.
Gebukan drum yang serba ngebut di beberapa nomor, melodi yang meraung-raung, sekaligus amukan vokal yang masih bisa didengarkan dengan jelas menjadikan album ini asik untuk didengarkan. Seperti perpaduan mendengarkan musik bergenre punk dan thrash secara bersamaan.
Dua lagu yang cukup nempel di telinga saat pertama kali mendengarkan seluruh materi di album ini yaitu “Rengkuh Semadi” dan “Kakap Bumi”. Single “Rengkuh Semadi” sebelumnya sudah dimuntahkan sejak Februari 2020, berisi ajakan untuk beristirahat dari penatnya dunia.