20+ Lagu Indonesia yang Mencuri Perhatian Sepanjang Tahun 2024

20+ Lagu Indonesia yang Mencuri Perhatian Sepanjang Tahun 2024

Tahun 2024 yang lalu adalah tahun politik lima tahunan di Indonesia. Ada hajatan besar pemilihan presiden sekaligus pemilihan kepala daerah di tahun yang sama. Bagi musisi yang terbiasa terlibat dalam hajatan politik, tahun lalu sudah pasti jadi berkah. Bisa ikut manggung di acara kampanye politik, pun bisa dibayar dengan harga lebih tinggi.

Selain itu, tahun 2024 juga berbarengan dengan munculnya aneka ragam festival musik, baik yang digelar di ibukota maupun kota-kota besar di Indonesia. Bahkan tiket festival tersebut sudah diumumkan jauh-jauh hari dengan iming-iming line-up yang meriah dan kadang anti-mainstream. Band yang tampil bukan hanya puluhan, tetapi bisa mencapai ratusan band. Event tersebut dihelat melalui beberapa panggung sekaligus dan digelar selama beberapa hari.

Ada musisi yang memilih hiatus untuk melewati tahun 2024 karena sengaja menghindari ontran-ontran politik. Ada juga yang memilih untuk sedikit menunda meluncurkan single atau album baru sembari melihat situasi sebelum dan setelah euforia hajatan politik.

Jika diingat-ingat lagi, rasanya selama tahun 2024 banyak juga musisi yang merilis karyanya pada semester kedua 2024. Setidaknya dari daftar berikut, kalimat tersebut cukup bisa dibuktikan kebenarannya.

Daftar berikut sengaja saya beri judul lagu yang mencuri perhatian sepanjang tahun 2024 alih-alih lagu-lagu terbaik 2024 agar tidak terkesan menggurui selera. Tentu tidak semua lagu di bawah ini bakal cocok dengan seleramu, tetapi barang satu atau dua lagu saja yang cocok maka saya sudah merasa bahagia. Semoga tidak terlalu terlambat merilis daftar berikut di bulan Februari 2025!

Seringai – “Pulang”

Banyak yang secara reaktif memberi komentar pasca single terbaru Seringai ini rilis. Salah satu hal yang paling sering dibicarakan adalah tema lagu “Pulang” yang sarat dengan tema depresi, sementara lagu-lagu Seringai biasanya lebih dekat dengan isu sosial dan cara bersenang-senang. Buat saya, lagu ini tetap bisa dinikmati dengan cara yang tidak depresif, bahkan menurut saya lebih cenderung reflektif. Menarik untuk menantikan kejutan apalagi di album Seringai selanjutnya, mengingat usia personelnya sudah semakin menolak tua.

Prejudize ft. Arian 13 – “Against My Self”

Band hardcore asal Bandung, Prejudize, membawa nuansa baru dalam genre hardcore lewat album barunya yang bertajuk Echoes Of Life. Di lagu “Against My Self” ini, Prejudize berkolaborasi dengan vokalis Seringai, Arian 13. Meski hanya berdurasi dua menit dua puluh satu detik, lagu ini membawa energi metal-hardcore yang kental. Cara bernyanyi Arian 13 mengingatkan saya dengan Puppen yang kini sudah bubar.


510 ft. Bimopd – “Dead Clown”

Saya berkenalan dengan 510 saat berselancar di media sosial Instagram. Kemudian sejenak penasaran dengan sebuah T-shirt band bertuliskan 510 di bagian dada. Ternyata 510 adalah band indie post hardcore ‘titisan’ Slap It Out asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Mereka baru saja merilis single ‘Dead Clown’ setelah sukses mendapatkan pendengar di album Origin (2023). Mendengarkan ‘Dead Clown’ seperti mendengarkan musik ala BMTH yang kental dengan genre screamo.

Saya memasukkan lagu ini karena tidak banyak band yang memainkan genre seperti ini di Indonesia. Alasan kedua karena dari sisi teknik, cara bernyanyi Ical sang vokalis sangat komplet. Nyanyi biasa bisa, growling bisa, pun screaming juga oke. Alasan ketiga karena berhasil berkolaborasi dengan BimoPD (Picky Picks), Youtuber yang kerapkali mengulas review game dan musik. Banyak yang menunggu kolaborasi 510 dan BimoPD di atas panggung.

Amerta – “Kala Sang Surya Tenggelam”

Gelap. Merinding. Megah. Begitu kesan pertama saya setelah mendengarkan cover lagu “Kala Sang Surya Tenggelam” versi Amerta. Lagu yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi pop legendaris Chrisye ini berhasil dinyanyikan dengan cara yang berbeda lewat alunan post metal. Suara getaran petikan bass sebelum suara vokal perempuan masuk di lagu ini menciptakan ambience yang kelam dan dinyanyikan dengan sangat epik di sepanjang lagu. Kalau penasaran dengan lagu ciptaan Amerta sendiri, coba dengarkan album penuh mereka: Nodus Tollens.

Morgue Vanguard – “Membebaskan Hujan dari Tirani Puisi”

Seorang Morgue Vanguard aka Ucok Homicide ternyata bisa membuat lagu rap puitis. Lagu “Membebaskan Hujan dari Tirani Puisi” ini dibuat untuk merayakan sekian tahun pernikahan Ucok dan istrinya. Rapalan lirik di lagu ini terdengar puitis alih-alih terdengar sangar seperti kebanyakan lagu Morgue Vanguard. Lagu ini seperti memberi jeda untuk lagu-lagu Morgue Vanguard yang selalu kritis.

Satu Per Empat – “Semoga Beruntung Nasib Buruk”

Saya sudah pernah mendengarkan beberapa single Satu Per Empat lewat album Pasca Falasi yang rilis tahun 2020. Vibe mendengarkan “Semoga Beruntung Nasib Buruk” masih sama seperti ketika pertama kali mendengarkan “Montase di 7 Pagi”. Suara sirine di bagian intro lagu disambut suara vokal grunge yang memberat dengan lirik yang di luar dugaan tapi terasa pas “Asam lambung serampang menyerang. Di sepertiga malam dihantam cemas.” Semoga tahun ini makin banyak festival musik yang mengundang Satu Per Empat.

.feast – “Nina”

Mendengarkan lagu “Nina” dari .feast ini menjadi semacam pintu masuk untuk mendengarkan single-single lain .feast, terutama album Membangun dan Menghancurkan. Lagu manis yang mengambil tema tentang hubungan seorang orang tua dengan anaknya. Susah untuk tidak ikut menyanyikan lirik di bagian reff “Tumbuh lebih baik, cari panggilanmu. Jadi lebih baik dibanding diriku”. Selamat buat Baskara CS atas pencapaian lagu yang sudah didengarkan lebih dari 100 juta kali hanya di Spotify!

Barasuara – “Etalase”

Unit indie rock ini kembali mengeluarkan album Jalaran Sadrah tahun 2024 ini. Mendengarkan lagu “Etalase” langsung mengingatkan saya pada musik FSTVLST. Kebetulan juga cover album ini memang dibuat dengan sentuhan sang vokalis FSTVLST: Farid Stevy. Tema lagu ini juga cukup unik, berisi kritik atas etalase kepalsuan yang sering kita lihat di mana-mana, termasuk medsos mungkin?


Morfem – “Di Sini Saja (Jangan Kemana-Mana)”

Mendengarkan Morfem tahun 2024 rasanya masih sama seperti mendengarkan mereka di tahun 2014. Musiknya lincah dan selalu memberikan kesan yang riuh. Liriknya bercerita dan mudah dipahami dengan tema-tema sekitar, meski dengan gaya repetisi kata di bagian reff. Lagu bertempo mid ini tak akan susah dibawakan sambil gitaran di tongkrongan.

The Lantis – “Bunga Maaf”

Saat pertama kali mendengar single band ini malang melintang di TikTok, langsung terbesit yang punya lagu ini adalah Naif. Ternyata keliru, “Bunga Maaf” adalah milik The Lantis, band indie pop dari Jakarta yang memang terinspirasi dari Naif. Dengarkan saja, lagu yang punya intro ikonik dan ditutup dengan outro melodi gitar ala band britpop Oasis di lagu ini.

Skandal – “Utara”

Mendengarkan band Skandal seperti kembali ke musik-musik alternatif Indonesia tahun 1990-an. Lagu “Utara” yang termasuk dalam album Melodi ini salah satu track yang nyaman masuk ke dalam telinga. Suara gitar ritem dan melodi yang bersahut-sahutan di sepanjang lagu seketika membuat saya membayangkan era kejayaan lagu hits yang diputar di saluran radio.

Good Morning Everyone – “Pengingat”

Good Morning Everyone (GME) berangkat dari band pop yang mengidolai Sheila on 7. Sejak awal mendengarkan band ini, karakter dan tema lagu-lagunya terdengar sangat Sheila on 7. Suara vokalisnya sebelas dua belas dengan Duta, tetapi secara musikalitas masih bisa dibedakan benang merahnya. Mudah bagi siapa saja untuk berkenalan dengan musik GME lewat single “Pengingat”. Single ini ada di dalam album GME terbaru berjudul Bapak yang berisi 14 lagu.

Pamungkas – “Putus”

Saya kepincut mendengarkan Pamungkas ketika lagu “Kenangan Manis” dikolaborasikan dengan Dewa 19 saat masa pandemi. Lagunya memang terdengar seperti ciri khas lagu-lagu bikinan Ahmad Dhani, juga seperti yang terdengar di lagu “Putus” ini. Dari segi lirik, lagu ini menggunakan teknik pengulangan lirik. Meski judulnya “Putus”, lagu ini tidak sedang meratapi perasaan orang yang baru putus hubungan.

Wijaya 80 – “Terakhir Kali”

Musik 80-an mungkin eranya sudah lewat. Tetapi Ardhito Pramono dkk lewat unit pop Wijaya 80 berhasil membuat lagu aransemen pop delapan puluhan dengan tetap nyaman didengarkan di telinga. Lagu “Terakhir Kali” ini menjadi bukti kalau lagu pop bisa dikemas dengan cara yang lain. Suara piano pengiring di awal lagu bakal membuat siapa pun yang pertama kali mendengarkan lagu ini menyangka bahwa ini adalah lagu lawas. Begitu masuk bagian reff, lagu ini mengingatkan lagu-lagu karya Yovie & The Nuno.

Majelis Lidah Berduri – “Pagar”

Jujur saja, saya awalnya tidak begitu intens mendengarkan Melbi era Melancholic B*tch. Namun, berkat pernah menonton dua kali penampilan mereka di dua festival berbeda, saya jadi tertarik mendengarkan materi baru Melbi era Majelis Lidah Berduri. Lagu “Pagar” di album Hujan Orang Mati yang mengingatkan lagu-lagu Melbi era Balada Joni dan Susi. Lagu ini ternyata sudah ada sejak tahun 2018. Sebuah lagu yang ditujukan sebagai dukungan bagi warga yang kena penggusuran di Temon, Kulon Progo.

Sal Priadi – “Gala Bunga Matahari”

Saya mungkin sama seperti kebanyakan pendengar yang pertama kali mendengarkan Sal Priadi saat menonton video klip “Gala Bunga Matahari”. Klip video ini sempat viral dan dibagikan di berbagai media sosial karena video klipnya yang menyentuh dan mendapatkan banyak komentar positif.

Sebuah lagu tentang memiliki rasa kehilangan dan kerinduan akan orang-orang terkasih. Dari lagu ini, saya kemudian mendengarkan lagu-lagu lain di album Markers and Such Pens Flashdisk. Album tematik yang sebetulnya banyak relate untuk para pendengar usia 30-an tahun ke atas.

Banda Neira – “Tak Apa Akui Lelah”

Banda Neira comeback di tahun 2024 dengan menggandeng vokalis baru, merilis album penuh, dan tur panggung intim di beberapa kota sejak awal tahun 2025. Salah satu hits yang banyak mendapat atensi pendengar adalah lagu “Tak Apa Akui Lelah”. Saya termasuk yang menikmati lagu dari duo folk pop asal Bandung ini. Alasannya karena ada bagian lirik yang manis dan terdengar seperti sedang memberi nasihat ke diri sendiri: “Tak apa akui lelah, mundur sejenak beri waktu tuk diri sendiri, tak apa ambil jeda, pun ini semua bukan perkara menang dan kalah”.

hara ft. Frau – “Kabut Putih”

Lagu “Kabut Putih” pertama kali saya dengarkan pada versi Paduan Suara Dialita yang rilis pada tahun 2016 lalu. Jika dulu mendengarkan lagu ini terasa mencekam karena diciptakan dan dinyanyikan langsung oleh perempuan-perempuan paduan suara Dialita. Mereka punya hubungan batin yang keluarganya sama-sama pernah jadi tahanan politik zaman Orde Baru. Versi suara Hara dan Frau yang bersahut-sahutan ini membuat lagu ini terdengar lebih segar dan kekinian dengan dentingan piano yang tetap memberi kesan mendalam atas sejarah kelam yang ditabukan.

Bernadya – “Kini Mereka Tahu”

Tak bisa dimungkiri, tahun 2024 adalah tahunnya Bernadya, Bernadya, dan Bernadya. Lagu “Kini Mereka Tahu” yang dibuka dengan petikan bass ini berkisah tentang cara mengakhiri sebuah hubungan dengan cara yang menyakitkan tapi dengan cara yang tidak menye-menye. Bernadya mungkin tahu kalau dikhianati itu sakit, tapi ia cukup membela perasaannya dengan dua kalimat ini “Sifat baikmu yang orang tahu, itu karanganku. Sifat aslimu yang hancurkanku, mereka tak tahu”. Saat tulisan ini ditulis, lagu ini sudah dimainkan lebih dari 100 juta kali di Spotify. Lagu ketiga yang paling banyak diputar di album Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan.

Gusti Irwan Wibowo – “Diculik Cinta”

Masuknya musik dangdut dan orkes ke berbagai festival musik nasional rupanya membuat komposer dan penulis lagu Gusti Irwan Wibowo tertarik menciptakan lagu “Diculik Cinta”. Dari judul lagunya dan perawakan sang penyanyi, mengingatkan saya dengan band Orkes PMR (Pengantar Minum Racun) dan sosok Jhonny Iskandar. Mudah bagi saya mengikuti lagu ini karena dibuka dengan suara khas penyanyi dangdut pria 90-an macam Imam S Arifin atau Meggy Z. Lagu yang bakal mudah diterima sebagai ‘dangdutnya Gen Z’ dan punya potensi ajojing saat dibawakan di panggung.

Terakhir sebelum artikel ini dipungkasi, saya coba menambahkan tujuh single lain yang menurut saya hampir terlewatkan, tapi menyimpan rasa penasaran. Untuk tujuh lagu terakhir ini tak perlu saya beri penjelasan lebih, anggap saja sebagai bonus.

  • Jangar – “Artileri”
  • TigerPaw – “Pengabdi Aspal”
  • Sheila on 7 ft. Aishameglio – “Memori Baik”
  • for Revenge ft. Meiska – “Sadrah”
  • BANK – “Amerika”
  • swellow – “kamera”
  • Bobby Kool – “Bara Api”

Komentar
You May Also Like