Seringai adalah salah satu band heavy metal Indonesia yang saya sukai. Kocokan suara gitar, bas, dan drumnya entah kenapa mudah sekali nyantol di telinga. Musiknya tidak se-ngebut ala musik grind core, tapi suara berat khas musik heavy metal-nya masih bisa diikuti dan didengar dengan nyaman. Mereka menyebut aliran musiknya sebagai high octane rock alias rock beroktan tinggi.
Saya masih ingat betul, pertama kali mendengarkan Seringai adalah ketika menonton video klip ‘Serigala Militia’ ada di dalam bonus majalah Rolling Stone Indonesia tahun 2007 silam. Video klip itu dibuat secara unik, yaitu dengan menampilkan seri gambar bergerak di atas pahatan kayu. Kalau tidak salah klip tersebut adalah karya beberapa mahasiswa FSRD ITB.
Bermula dari video klip itulah saya kemudian mulai mendengarkan lagu-lagu lain Seringai seperti ‘Citra Natural’, ‘Mengadili Persepsi’, dan ‘Membakar Jakarta’. Penulis lirik-lirik Seringai, Arian13, punya selera tersendiri saat menulis judul dan lirik untuk lagu-lagu tersebut. Sampai sekarang pun ciri tersebut masih kentara di judul-judul lagu album baru Seringai.
Lima tahun yang lalu, album ketiga Seringai bertajuk Taring dirilis. Sebelumnya Seringai pernah menelurkan album High Octane Rock (2004) dan Serigala Militia (2007).
Bagi saya, Taring adalah album yang menyenangkan dengan cover art work yang menawan. Dari segi kualitas suara dan penggarapan saja sudah jauh lebih matang dibandingkan dua album sebelumnya. Di dua album sebelumnya, suara musiknya masih terdengar mentah, tidak banyak efek, khas band-band indie/punk di zaman itu.
Lagu-lagu di album Taring menyuguhkan banyak perspektif tanpa menghilangkan karakter musik Seringai. Alat lebih modern, efek alat musiknya lebih variatif, plus albumnya yang terkonsep dengan baik. Lagu pertama setelah intro ‘Canis Dirus’, dilanjutkan track berjudul ‘Taring’ yang dijadikan single pertama album ini menjadi lagu yang sering saya putar berulang-ulang kali.
Enam tahun berselang, Seringai kembali merilis album Seperti Api. Pengerjaan album ini kabarnya sudah disiapkan sejak tahun lalu, tetapi mereka baru sempat rekaman saat bulan puasa kemarin.
Tema lagu yang ditawarkan di album Seperti Api sebenarnya tidak jauh berbeda dengan album Taring. Single pertama album ini ‘Selamanya’ bicara soal eksistensi Seringai yang sudah berkarya lebih dari 15 tahun tetapi masih bisa menjaga idealismenya. Simak potongan lirik di bagian reff: semangatmu, gairahmu, renjana!, yang bakal membuat Anda ikut berapi-api.
Track berikutnya berjudul ‘Adrenalin Merusuh’ merangkum keseharian Seringai saat menjalani kehidupan selama tur, berpindah dari panggung ke panggung. Sejenis track yang asyik dinikmati sambil mengingat kembali part-part yang banyak terinspirasi oleh musik Motorhead. Oya, saksikan juga video klip ‘Adrenalin Merusuh’ yang menampilkan adegan Iko Uwais menghajar keempat personel Seringai!
Seringai masih rajin mengubungkan isu-isu sosial terkini, dari fanatisme sampai fasisme ke dalam lagu-lagunya, seperti yang disampaikan pada lagu-lagu ‘Persetan’, ‘Enam Lima’, ‘Sekarang atau Nanti’, dan ‘Bebal’. Sementara itu lagu ‘Disinformasi’ bicara soal berita palsu (hoax) yang merajalela.
Pada lagu ‘Ishtarkult’, Seringai mengajak Danilla Riyadi menjadi salah satu pengisi suara di lagu tersebut. Lagu ini mengisahkan tentang ‘Ishtar” atau dewi kesuburan, cinta, perang, dan hubungan seksual masyarakat Babilonia. Sebuah track yang bertempo paling lambat di antara lagu yang lain. Suara menggemaskan Danilla membuat aura lagu ini semakin mencekam, pun masih ditambah kemolekan bait lirik seperti ini:
Kurasakan derai badai Lenguh melantun, sebab basah Sebiru haru melambai Harum dedaun juga tanah
Gimmick lain di album ini tak lain adalah kembalinya lagu bertema fiksi sains. Jika di album Taring ada ‘Fett, Sang Pemburu’, maka di album Seperti Api ada lagu berjudul ‘A.I.’ atau kecerdasan buatan yang belakangan menjadi terma populer untuk menandai kecanggihan sebuah teknologi. Dibuka dengan suara efek robot yang baru bangun, lagu ini langsung digempur oleh part gitar Ricky Siahaan yang bersahutan dengan pukulan drum Edy Khemod, kembali mengingatkan saya dengan band thrash metal asal California, Slayer.
Lagu paling bontot sekaligus track dengan durasi terpendek berjudul ‘Omong Kosong’ menjadi kejutan lain di album ini. Hanya dengan durasi 1:13 lagu ini dibuka dengan tepuk tangan, dilanjutkan dengan beberapa serapah ala publik figur, lalu ditutup dengan klimaks gedebukan ‘omong kosong… omong kosong… omong kosong…’ sukses menutup kedua belas lagu yang ada di album ini.
Buat siapa saja penggemar Seringai, Seperti Api adalah album penantian yang panjang. Melanjutkan kesuksesan album Taring, Seperti Api tampil dengan gairah yang masih membakar. Secara keseluruhan album ini masih mengajak pendengarnya untuk bersenang-senang dengan cara menyeringai.