Putar Kembali ‘Stand by Me’, Tak Perlu Ada Reuni Oasis

Putar Kembali ‘Stand by Me’, Tak Perlu Ada Reuni Oasis
Putar Kembali ‘Stand by Me’, Tak Perlu Ada Reuni Oasis

Mendengarkan “Stand by Me (Mustique Demo)” seperti membandingkan suara Liam dan Noel Gallagher saat menyanyikan lagu yang sama. Sama halnya saat menentukan siapa yang lebih baik menyanyikan “Don’t Look Back in Anger”, Liam atau Noel?

Itu terserah Anda. Namun, saya selalu punya pendapat, seseorang yang menciptakan dan menyanyikan sendiri lagunya selalu mempunyai kesan yang berbeda ketimbang saat orang lain yang menyanyikannya. Mungkin karena  lagu itu ditulis sesuai dengan pengalaman penciptanya. Mungkin karena lagu itu adalah representasi yang mewakili penciptanya.

Lagu “Stand by Me (Mustique Demo)” hanya dimainkan dengan gitar akustik, shaker, bas, dan gitar listrik yang mengisi bagian paling britpop di lagu itu. Bagi saya, suara Noel di lagu ini lebih lembut ketimbang Liam yang cenderung hiperaktif (atau sedikit lebih arogan?) saat menyanyikan versi studio.

“Stand by Me” adalah lagu yang diciptakan gitaris Noel Gallagher. Lagu itu bercerita tentang pengalaman Noel saat mengingat dirinya mengalami alergi makanan. Untuk menenangkan perasaan ibunya, ia membuat menu makan dalam porsi besar untuk dirinya sendiri. Namun, gara-gara makanan yang ia buat, ia malah menjadi sakit.

Noel terinspirasi dari kejadian itu dan kemudian mengawali “Stand by Me” dengan baris lirik ‘Made a meal and threw it up on Sunday… I’ve got a learn of things to do’.

Antusiasme saya menunggu album reissue ini tak lain karena lagu “Stand by Me”. Lagu Oasis favorit saya yang mudah dihapal, baik secara lirik maupun riff gitarnya. Bagi saya, begitu selesai mendengarkan”Stand by Me” untuk pertama kali, selanjutnya menjadi tak sulit untuk mengingat lagu-lagu Oasis lainnya. Lagu inilah yang selalu saya ingat isi video klipnya, termasuk lagu wajib yang selalu saya nyanyikan ketika karaoke.

Noel lahir lebih dulu daripada Liam. Umur mereka berselang 5 tahun. Kakak beradik yang mengalami masa kecil yang kacau karena orang tuanya yang bercerai saat mereka beranjak dewasa mungkin yang membuat kondisi kejiwaan mereka tak stabil selama bertahun-tahun. Apalagi di tengah popularitas yang luar biasa sebagai pionir musik Britpop masa itu.


Sebuah tragedi yang menjadi bubarnya Oasis menyeruak tahun 2009, di sela-sela konser Oasis di festival Rock en Seine di Paris. Liam sempat akan memukul wajah Noel dengan gitar pada malam Noel mengundurkan diri dari Oasis. Padahal saat itu album studio Oasis terakhir I’m Outta Time baru saja rilis pada bulan Desember tahun sebelumnya.

Mereka selalu saja menjadi pasangan kakak adik yang tak pernah akur, meski keduanya sama-sama membesarkan Oasis dari awal. Dua kakak adik itu seperti pasangan yin yang, yang sulit lepas dari band yang mereka bentuk. Tak berlebihan jika saya menyebut mereka sebagai duo frontman Oasis.

Fans Oasis seluruh dunia merasa seperti sudah dikacangi oleh duo pentolan Oasis itu. Bagaimana tidak, di usianya yang belum sepuh seperti saat ini, mereka seharusnya masih bisa produktif membuat album baru lagi dan menciptakan hits yang lebih banyak (Noel belum lama ini mengatakan “Oasis 100 kali lebih hebat dibandingkan band-band Inggris saat ini”).

Pasca Oasis bubar, Liam membentuk Beady Eye bersama eks personel Oasis, Andy Bell & Gem Archer di tahun yang sama. Sempat merilis dua album, yaitu Different Gear, Still Speeding (2011) dan BE (2013). Tanggal 25 Oktober 2014, Liam mengumumkan jika Beady Eye akhirnya kandas. Belakangan tersiar kabar bahwa Liam sedang sibuk menyiapkan album solonya.

Sedangkan Noel memilih bersolo karir sejak berpisah dengan Oasis dengan membentuk proyek band Noel Gallagher’s High Flying Birds. Sudah dua album ia ciptakan, Noel Gallagher’s High Flying Birds (2012) dan Chasing Yesterday (2015).

Jika harus memilih di antara dua band pecahan Oasis, entah kenapa saya justru lebih suka dan tertarik dengan karya-karya Beady Eye ketimbang High Flying Birds.

Dalam sebuah wawancara terbaru Rolling Stone, Noel mendapat pertanyaan tentang seberapa sering ia ditanyai kapan Oasis reuni. Pertanyaan yang jawabannya ditunggu-tunggu fans Oasis dan seringkali membuat kesal fans (juga).


Setiap hari dalam seminggu. Orang-orang mengatakan, ‘Anda pasti akan kembali seperti dulu (bersama Oasis),’ dan aku merasa seperti, ‘Itu sangat mengganggu saya’ Mereka mencoba untuk menipu pikiran saya,” jawabnya.

Awal Mula

Saya mengingat suatu hari pada 2005. Sebuah cakram padat berisi kumpulan album dan lagu alternatif yang belum lama dirilis, saya dapatkan dari sebuah lapak di kota tempat saya tinggal. Tentu benda itu adalah sebuah CD bajakan, yang isinya kemungkinan diperoleh pembajak dari mengunduh lewat internet.

Ada puluhan album dan ratusan lagu di dalamnya. Seperti layaknya demam MP3 di masa itu, CD bisa menampung ratusan lagu dan dihargai sangat murah per kepingnya, kira-kira 5.000-10.000 per keping. Bukti kedigdayaan CD sebagai sebuah media penyimpanan musik yang paling simpel dan komplit.

Dalam suatu kesempatan, tepatnya setelah pulang sekolah pada jam-jam pendek, saya putar kembali CD itu. Sebuah komputer dengan prosesor Pentium 3 dan pengeras suara berukuran kecil menjadi alat yang masih bisa saya andalkan untuk memutar CD kala itu. Meski kualitas suaranya kadang pecah.

Di antara band-band yang termasuk di dalam CD itu, yang masih saya ingat, adalah Weezer, Napalm Death, Audioslave, Oasis, Seether, dan MxPx. Sungguh kacau si pembajak memasukkan Seether, Napalm Death dan MxPx ke dalam kompilasi alternatif.

Seether lebih cocok disebut sebagai band hard rock asal Afrika Selatan. Napalm Death seharusnya disebut sebagai band grindcore asal Meriden, Inggris. MxPx lebih pantas disebut sebagai band punk rock asal Washington, Amerika. Weezer dan Audioslave masih bisa masuk musik alternatif karena berasal dari akar musik rock.

Dua lagu  Oasis, “Lyla” dan “Let There Be Love”, dari album Don’t Believe The Truth (2005) adalah awal perkenalan saya dengan musik-musik Oasis. Berkat dua lagu itu, saya kemudian mendengarkan lagu-lagu Oasis lainnya seperti “Don’t Go Away”, “Don’t Look Back in Anger”, “Slide Away”, “Stop Crying Your Heart Out”, hingga menemukan lagu “Stand by Me”.

Empat tahun kemudian, setelah memasuki awal-awal masa kuliah, keluar masuk warnet menjadi kegiatan rutin. Mengunduh lagu dan memutar video klip Oasis menjadi salah satu hal yang menyenangkan. Pernah suatu kali saya membeli sebuah pemutar musik MP3 murahan yang kemudian saya isi dengan full lagu Oasis.

Belum lagi sambil baca-baca forum yang khusus membahas Oasis di Kaskus. Dari bahasan soal personel, di balik lagu-lagu Oasis, sekaligus informasi terkini soal album I’m Outta Time yang jadi album terakhir Oasis sebelum nasibnya tak jelas.

Seketika itu, saya menjadi terbiasa dengan genre brit rock/pop. Mulai mendengar salah satu band pesaing Oasis di zamannya, Blur. Kemudian merambat ke Suede, The Verve, The Stone Roses, Radiohead, Placebo, Stereophonics, Coldplay, Keane, Kaiser Chiefs, Arctic Monkeys, hingga Snow Patrol.

Be Here Now

Album Be Here Now, Chasing The Sun: 1993-1997 Edition yang dirilis 14 Oktober 2016 ini adalah versi rilis ulang album Be Here Now yang sebelumnya pernah dirilis pada 21 Agustus 1997. Meski masih kalah jauh dari pencapaian penjualan album What’s The Story (Morning Glory?) yang mencapai 22 juta kopi, album ini telah terjual lebih dari 9 juta kopi hingga saat ini.

Album Be Here Now, sebagai album studio ketiga Oasis, cukup sukses mendulang prestasi. Album ini lahir dua tahun sejak rilis What’s The Story (Morning Glory?). Album ini kemudian dinobatkan sebagai album yang paling laku di Inggris sejak hari pertama rilis. Di hari pertamanya, album itu laku terjual sebanyak 424.000 kopi.

Versi reissue terdiri dari 3 disc (total 40 lagu), masing-masing berisi rekaman asli (remastered), rekaman yang tak masuk ke dalam album (rare), dan versi Mustique Demo (mentah).

Konon versi Mustique Demo direkam pada awal tahun 1996. Noel merekam demo tersebut bersama produser Owen Morris—produser yang juga menangani album What’s The Story (Morning Glory), di sebuah pulau privat, di antara gugus pulau sebelah utara Venezuela. Pulau itu bernama Pulau Mustique.

Ada tiga versi lagu “Stand by Me” yang dimuat dalam album Be Here Now (Reissue). Selain versi asli rekaman (vokal Liam), ada versi Live at Bonehead’s Outtake (Liam & Noel menyanyi bersama), dan versi Mustique Demo (vokal Noel).

Beberapa lagu langka yang patut disimak dalam versi reissue ini yaitu “Angel Child”, “Going Nowhere”, “Flashbax”, “The Fame”, “My Sister Lover”, “(I Got) The Fever”, juga “Stay Young”.

Berikut susunan lebih lengkap isi ketiga CD tersebut:

Disc 1 – Be Here Now Chasing The Sun Edition:
‘D”You Know What I Mean?’
‘My Big Mouth’
‘Magic Pie’
‘Stand By Me’
‘I Hope, I Think, I Know’
‘The Girl In The Dirty Shirt’
‘Fade In-Out’
‘Don”t Go Away’
‘Be Here Now’
‘All Around The World’
‘It”s Gettin” Better (Man!!)’
‘All Around The World (Reprise)’

Disc 2 – B –sides & Extra Tracks:
‘Stay Young’
‘The Fame’
‘Flashbax’
‘(I Got) The Fever’
‘My Sister Lover’
‘Going Nowhere’
‘Stand By Me’ (Live At Bonehead”s Outtake)
‘Untitled’ (Demo)
‘Help!’ (Live In LA)
‘Setting Sun’ (Live Radio Broadcast)
‘If We Shadows’ (Demo)
‘Don”t Go Away’ (Demo)
‘My Big Mouth’ (Live At Knebworth Park)
‘D”You Know What I Mean?’ (NG”s 2016 Rethink)

Disc 3 – Mustique Demos:
‘D”You Know What I Mean?’ (Mustique Demo)
‘My Big Mouth’ (Mustique Demo)
‘My Sister Lover’ (Mustique Demo)
‘Stand By Me’ (Mustique Demo)
‘I Hope, I Think, I Know’ (Mustique Demo)
‘The Girl In The Dirty Shirt’ (Mustique Demo)
‘Don”t Go Away’ (Mustique Demo)
‘Trip Inside (Be Here Now)’ (Mustique Demo)
‘Fade In-Out’ (Mustique Demo)
‘Stay Young’ (Mustique Demo)
‘Angel Child’ (Mustique Demo)
‘The Fame’ (Mustique Demo)
‘All Around The World’ (Mustique Demo)
‘It”s Gettin” Better (Man!!)’ (Mustique Demo)

Bersamaan dengan rilis album ini, juga diadakan semacam pameran Chasing The Sun di kota Manchester. Isi pameran tersebut adalah pameran foto dan properti yang pernah digunakan Oasis saat membuat album (seperti koleksi gitar). Yang menarik, di salah satu stan pameran ada yang memajang dekorasi sampul album Definitely Maybe, sehingga pengunjung bisa ikut berfoto ala sampul album Definitely Maybe!

Oh ya, jangan lupa, tahun ini sebuah dokumenter Oasis: Supersonic juga ikut dirilis. Tanggal 14 Oktober kemarin, filmnya baru saja di-screening di British Film Festival. Film yang disutradarai oleh Matt Whitecross ini mendapat apresiasi yang baik dari majalah musik NME. Rating di IMDB saat tulisan ini ditulis adalah 8.6/10. Jadi, jangan sampai melewatkan dokumenter satu ini!

Saya putar berkali-kali ketiga versi lagu ‘Stand by Me’ itu. Sambil mengingat-ingat masa-masa terbaik Oasis. Kemudian saya menjadi sangat yakin, rasanya Oasis tak perlu melakukan reuni.

Komentar
You May Also Like