Menjajal Lightsail, Virtual Cloud Server Kepunyaan Amazon

Untuk mendukung kebutuhan performa trafik dan konten situsweb, memilih jenis server hukumnya wajib. Sampai kapan harus menggunakan spesifikasi yang pas-pasan, juga kapan harus mulai melakukan upgrade server dari yang sudah ada. Jika pilihannya adalah yang kedua, konsekuensinya adalah menambah biaya upgrade layanan.

Nah, bicara soal server, server punya berbagai macam bentuk, misalnya ada yang dikemas dalam bentuk shared hosting, ada juga yang berbentuk virtual private server (VPS). Saat ini kedua bentuk tersebut sudah menawarkan infrastruktur dalam bentuk cloud server.

Shared hosting lebih cocok untuk web yang baru saja dibangun atau dikembangkan, sekaligus untuk meraba-raba seberapa besar kebutuhan spesifikasi yang paling ideal. Shared hosting biasanya punya spesifikasi yang terbatas, tetapi juga sangat mudah di-upgrade. Kelemahannya, admin tidak punya kontrol penuh terhadap keseluruhan akses server hosting tersebut. Jika suatu saat kapasitasnya penuh dan sudah tak bisa diperbesar lagi, maka yang bisa dilakukan adalah dimigrasikan ke sebuah VPS.

VPS biasanya menawarkan spesifikasi yang lebih tinggi ketimbang shared hosting. Bagaimanapun juga, shared hosting diibaratkan seperti membeli barang secara ketengan. Sementara VPS diibaratkan seperti membeli barang secara borongan. Maka tidak heran jika paket pembelian VPS cenderung mahal. Melalui sebuah VPS, kita bisa mengembangkan tidak hanya untuk satu domain, tetapi beberapa domain sekaligus. Seorang engineer kadang harus berpikir apakah sudah waktunya mengganti shared hosting dengan VPS?

Beberapa penyedia layanan hosting dan server di Indonesia memang masih mematok harga yang cenderung mahal untuk sebuah VPS. Alasannya tentu saja karena VPS yang ditawarkan memiliki spesifikasi yang lebih gahar, punya kontrol akses penuh atas server, sekaligus menawarkan dukungan dan layanan yang lebih leluasa ketimbang shared hosting.

Alternatif yang bisa dilakukan untuk memangkas biaya sewa server itu mau nggak mau harus mencari penyedia server yang mematok harga lebih murah dan memiliki standar yang bagus untuk sebuah infrastruktur jaringan/server. Sayangnya itu bisa dilakukan jika kita menyewa server yang disimpan di luar Indonesia. Beberapa penyedia yang populer sejak lama misalnya Linode dan DigitalOcean (DO).

Amazon Web Service (AWS)


Baru pada tahun 2016 lalu, Amazon melalui Amazon Web Service (AWS) masuk ke pasar sewa server dengan memperkenalkan layanan Lightsail. Lightsail sebagai pemain baru menawarkan harga yang cukup bisa bersaing dengan Linode dan DO, karena billing yang digunakan sama-sama berdasarkan waktu penggunaan dan layanan apa yang sedang aktif. Dari segi harga pasti lebih efisien.

Saya sendiri baru sempat mencoba mengoprek Lightsail ini beberapa bulan yang lalu. Untuk pengguna baru, Lightsail menawarkan harga free trial di bulan pertama untuk setiap paket VPS yang ditawarkan. Bulan selanjutnya bisa dibayar dengan biaya langganan mulai $3.5 per bulan! Jika dikonversi ke dalam rupiah maka sekitar 50-ribuan. Harga yang cukup menggiurkan untuk sebuah VPS!

Membeli sebuah VPS bagaikan membeli sebuah komputer baru. Didalamnya harus dipasangi sistem operasi. Lightsail menawarkan dua opsi OS, mau pakai versi Linux/Unix atau Windows. Untuk versi Linux/Unix (paling murah $3.5 per bulan) dibanderol lebih murah ketimbang versi Windows (paling murah $8 per bulan). Saya sih yakin, lebih banyak orang memilih Linux/Unix daripada Windows server.

Meskipun harganya berbeda, spek yang ditawarkan sama persis (512 MB memory, 1 core processor, 1 TB transfer), yang membedakan hanya kapasitas SSD-nya saja. Versi Linux/Unix dibekali SSD sebesar 20 GB, sedangkan versi Windows dibekali SSD sebesar 30 GB.

Setelah mencoba registrasi ke Lightsail, setiap user akan diberi akses menuju dashboard pengaturan Amazon Lightsail yang memuat beberapa menu utama: Instances, Containers, Databases, Networking, Storage, dan Snapshots. Tampilannya kira-kira seperti ini:

  • Instances: layanan instan untuk menginstal berbagai macam OS server, distro, aplikasi, dan CMS.
  • Containers: layanan yang berisi unit standar perangkat lunak, berfungsi untuk mengemas kode dan dependensi sehingga aplikasi berjalan dengan cepat dan andal dari satu lingkungan komputasi ke lingkungan komputasi lainnya.
  • Databases: layanan untuk membuat sebuah database baru.
  • Networking: layanan untuk mengatur lalu lintas server ke jaringan internet, didalamnya berisi setting untuk IP static, DNS, load balancer, dan sebagainya.
  • Storage: layanan untuk memperbesar ukuran storage Lightsail. Ada dua pilihan storage, yaitu bucket dan disk.
  • Snapshots: layanan untuk melakukan backup atas instance yang sudah pernah dibuat, biasa digunakan sebelum melakukan migrasi atau ujicoba performa server.

Hal yang pertama kali dilakukan untuk mencoba VPS tersebut adalah membuat Instances (Create Instances) baru. Menariknya, ada cukup banyak opsi distro, aplikasi, dan CMS yang siap diinstal dan digunakan.


Bila spesifikasi VPS suatu saat sudah tak cukup lagi menampung trafik (overload), maka pilihan plan untuk meng-upgrade ke spek yang lebih tinggi pun mudah. Lightsail menawarkan opsi berdasarkan efisiensi dari sisi harga, memory, jumlah core processor, kapasitas penyimpanan, dan kuota bandwidth.

Sejauh ini saya baru menggunakan Lightsail untuk coba-coba menginstal distro, akses SSH, juga mengelola CMS. Kesan pertama setelah mencoba layanan tersebut cukup andal. Saat saya coba menginstal plugin yang cukup banyak/berat pada CMS WordPress, secara kualitatif sangat menggiurkan. Akses web terasa lebih cepat dan menurut saya sangat cocok digunakan oleh mereka yang ingin melakukan ujicoba mengelola sebuah server VPS.

Jika dibandingkan dengan tampilan dashboard DO, dashboard Lightsail tampak lebih simpel. Dengan harga yang sangat terjangkau, layanan yang ditawarkan pun sudah variatif. Pengguna langsung diberikan pilihan aplikasi mana yang cocok dengannya tanpa perlu memikirkan bagaimana menginstal aplikasi melalui console/terminal. Bagi orang yang baru belajar mengelola VPS, fitur ini bakal sangat membantu.

Tertarik mempelajari bagaimana membangun blog WordPress dengan Amazon Lightsail? Simak tutorial yang ada di sini.

***

Seberapa suka kamu dengan artikel ini?

Komentar
You May Also Like