Mengingat Kembali Jon Postel dan Hari-Hari Ketika Ia Membajak Internet

Jon Postel
Foto Jon Postel saat sedang berada di kantornya. Sumber: Wikipedia.

Suatu hari di bulan Januari 1998, Jon Postel mengirim email kepada 8 dari 12 organisasi yang menangani buku alamat (address books) internet yang ada di seluruh dunia. Ia mengatakan kepada para admin organisasi tersebut untuk mengkonfigurasi ulang server komputer mereka sehingga mereka mendapatkan alamat bukan dari operasi yang didukung pemerintah di Herndon, Virginia, tetapi dari mesin yang berasal dari fasilitas komputasi yang ia bantu jalankan di University of Southern California. Dan para admin tersebut benar-benar melakukannya.

Menurut laporan berita pada saat itu, Postel menjalankan operasi tersebut tanpa persetujuan siapa pun. Beberapa orang mengatakan bahwa itu hanyalah semacam “tes” yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa infrastruktur direktori internet dapat direposisi sesuai kebutuhan. Namun, beberapa orang yang lain mengatakan bahwa Postel sedang membuat pernyataan – bahwa ia seolah-olah sedang berusaha menunjukkan kepada Gedung Putih bahwa Gedung Putih tidak dapat merebut kendali internet dari komunitas peneliti yang tersebar luas di dunia. Merekalah yang telah membangun dan memelihara jaringan selama tiga dekade sebelumnya. Saat itu, Gedung Putih sedang dalam rencana untuk mengatur bagaimana sistem direktori internet dikelola.

Apa pun niat Postel, insiden itu telah menunjukkan betapa ia adalah sosok penting dalam kebangkitan internet. Pada tahun 1969, ia adalah bagian dari tim di University of California, Los Angeles ,yang mengatur simpul pertama di ARPAnet, sistem jaringan penelitian yang akhirnya berubah menjadi sistem internet modern. Ia membantu mendefinisikan protokol yang menopang jaringan. Dan selama bertahun-tahun, ia adalah administrator utama jaringan, yang mengawasi tidak hanya RFC – dokumen yang menentukan operasi internet – tetapi juga Internet Assigned Numbers Authority, atau IANA, organisasi yang menangani sistem penamaan jaringan sejak akhir 1980-an sampai akhir 90-an.

Sembilan bulan setelah ia mengalihkan delapan “root server” internet, Postel meninggal karena komplikasi selama operasi jantung. Namun, tempatnya dalam sejarah internet tetap hidup. April bulan lalu, ia dilantik di Internet Society’s Internet Hall of Fame bersama dengan nama-nama seperti Vint Cerf (pengembang protokol TCP/IP), Tim Berners-Lee (penemu WWW), Ray Tomlinson (penemu email), dan Leonard Kleinrock (penggagas teori pertukaran paket data internet).

RFC, atau Request for Comments, pada dasarnya adalah instruksi-instruksi yang berlaku di internet. RFC diciptakan pada tahun 1969 oleh Steve Crocker, anggota lain dari UCLA yang mengirim pesan internet pertama, tetapi ketika Crocker meninggalkan UCLA segera setelah itu, ia meminta Postel untuk mengambil alih pengeditan dokumen-dokumen ini. Postel melakukannya – selama tiga puluh tahun ke depan – dan sedikit demi sedikit pembukuan ini berkembang menjadi peran administratif yang pengaruhnya sangat besar bagi dunia internet.

Postel membantu menciptakan Stanford Research Institute’s Network Information Center, yang membagikan alamat jaringan ARPAnet pada tahun 70-an dan 80-an, dan ia kemudian mendirikan IANA, yang menggantikan Network Information Center setelah internet mengadopsi Domain Naming System, atau DNS, yang mendemokratisasikan cara jaringan menangani pengalamatan internet.

Postel bukan hanya seorang administrator. Ia juga seorang peneliti yang membantu membangun internet seperti yang kita kenal sekarang, orang yang pernah menulis lebih dari 200 RFC. “Tanpa kontribusinya pada desain jaringan – benar-benar terpisah dari hal administratif atau ‘editorial’ – saya yakin bahwa kita tidak akan memiliki jaringan internet seperti saat ini ini,” kata John Klensin, orang lain yang juga dilantik di Internet Hall of Fame.


Vint Cerf dan Bob Khan adalah perancang asli TCP/IP, protokol dasar yang mendefinisikan internet. Tetapi menurut Klensin, Postel menulis lebih banyak spesifikasi yang benar-benar memungkinkan dunia untuk menggunakan protokol itu.

Ia adalah salah satu dari banyak orang yang membangun jaringan – pada level terendah – tetapi ia juga seseorang yang sedang memimpin. “Ia adalah peneliti jaringan sungguhan. Tetapi pada saat yang sama, ia merasa banyak tanggung jawab atas apa yang terjadi dengan jaringan [secara keseluruhan], dan itu mengakibatkan ia menjadi sukarelawan untuk hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang lain,” kata Klensin.

“Jon cenderung mencari tahu di mana ia membutuhkan saran atau kalibrasi dan ke mana mendapatkannya, tetapi juga cenderung memberi tahu orang-orang bahwa ia harus menjadi [atau] pembuat keputusan resmi pada akhirnya, bahwa ia harus mengambil risiko jika segalanya berjalan tak semestinya, dan ia pikir ia akan mendapatkan nasihat yang lebih baik jika mereka-mereka yang menasihatinya dapat dijauhkan dari sorotan dan dilindungi dari serangan publik, ” kata Klensin.

Di sini, di Wired Enterprise, kami tahu secara langsung tentang komitmen Postel terhadap tujuan internet. Kembali pada tahun 1997, salah satu wartawan kami, Robert McMillan, sedang bekerja untuk publikasi lain ketika ia mengirim email ke Postel tentang perubahan yang akan datang pada sistem penamaan internet. Postel merespons, tetapi hanya untuk mencaci maki McMillan karena menggunakan tanda tangan digital pada pesan emailnya. Tanda tangan itu, katanya, hanyalah cara tak berguna untuk memboroskan bandwidth internet. Ia tidak pernah menjawab pertanyaan McMillan.

Terlepas dari kontroversi yang dilakukan Postel kepada delapan server root tersebut, ia sudah hampir dijadikan sebagai chief technology officer ICANN (The Internet Corporation for Assigned Names and Numbers) ketika ia meninggal. Pada 2011, Steve Crocker diangkat sebagai ketua dewan di ICANN, dan sedikit banyak, ini pada akhirnya mengakhiri sejarah internet.

“[Jon Postel] meninggal hampir pada saat ICANN dibentuk,” kata Crocker. “Sangat disayangkan. Tapi ada warisan yang hidup, yang berakar pada dirinya, sepanjang perjalanan kembali ke hari-hari awal ARPAnet. Dan dalam arti tertentu, saya akan mencoba melanjutkan perjalanan itu, manggapai semua jalan kembali ke saat-saat itu.”

Catatan:


Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel yang ditulis oleh penulis senior WIRED, Cade Metz, berjudul asli “Remembering Jon Postel — And the Day He Hijacked the Internet”, pertama kali diterbitkan pada 15 Oktober 2012.

Jon Postel adalah ilmuwan berkebangsaan Amerika yang berjasa membangun standar-standar internet dari nol sehingga kelak penggunaannya bisa dirasakan oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia. Ia adalah sosok penting sekaligus legenda internet yang sering dijuluki sebagai “dewa internet”. Namanya mungkin tak setenar Tim Berners-Lee, sang penemu World Wide Web (www), tetapi jasanya menjadi pelecut bagi periset dan komunitas internet di masa-masa selanjutnya.

Untuk menghormati jasanya, maka dibuatlah penghargaan Jonathan B. Postel Service Award, yang tujuannya adalah menghormati seseorang yang telah memberikan kontribusi luar biasa kepada komunitas komunikasi data. Penghargaan ini diinisiasi oleh Vint Cerf, direktur Internet Society yang juga dijuluki sebagai “Bapak Internet”, dan mulai diberlakukan pada tahun 1999. Jon Postel menjadi orang pertama yang menerima penghargaan ini. Setiap tahunnya, hanya ada satu orang yang berhak mendapatkan penghargaan ini.

Selain Postel Service Award, ada juga penghargaan Internet Hall of Fame yang mulai berjalan sejak tahun 2012. Internet Hall of Fame adalah penghargaan prestasi seumur hidup yang dikelola oleh Internet Society (ISOC) sebagai pengakuan atas individu yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan dan kemajuan Internet. Bedanya, orang yang terpilih sebagai Internet Hall of Fame bisa lebih dari satu orang.

Tahun 2020, Jon Postel Award diberikan kepada salah satu tokoh teknologi Indonesia, yaitu Onno W. Purbo. Kiprahnya sejak lama memerdekakan internet dengan temuannya yang terkenal melalui ‘antena wajanbolic’, menjadi titik mula dirinya dikenal sebagai orang yang terus memperjuangkan internet agar bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Tak tanggung-tanggung, pengalaman dan wawasannya yang luas di dunia open source, pemrograman, jaringan, dan big data, terus dibagikan di beragam kanal yang dikelolanya sendiri demi meningkatkan pengetahuan dan memajukan pendidikan gratis di Indonesia.

Komentar
You May Also Like