Saya baru lima bulan beralih dari pengguna Windows OS ke Mac OS X. iPod shuffle yang saya beli jauh hari sebelumnya setidaknya telah membuat saya gandrung dengan produk Apple. Sebelumnya saya tidak begitu familiar dengan produk-produk buatan Apple, yang terkenal dengan kemudahannya dalam hal pengalaman pengguna. Atau saya lebih familiar dengan Windows dan Linux (Ubuntu), yang keduanya sering saya pasang dalam moda dual boot.
Bagi saya, Mac OS X adalah perpaduan antara Windows dan Linux. Dalam hal antarmuka GUI, Mac OS lebih mirip antarmuka Linux. Namun, dalam hal fitur aplikasi, Mac OS X tidak kalah dengan fitur aplikasi yang ditawarkan Windows. Ada beberapa hal yang membuat Mac OS lebih powerful dibandingkan Windows atau Ubuntu. Salah satunya adalah kemampuan touchpad-nya yang mendukung multi-gesture. Sehingga saya tidak lagi bergantung pada perangkat tetikus saat mengoperasikan laptop.
Ketergantungan menggunakan aplikasi bajakan saat menggunakan Windows juga menjadi sesuatu yang seharusnya saya hindari. Meskipun kebanyakan aplikasi Mac dalam App Store yang kelasnya high-end itu berbayar, saya berusaha memilih aplikasi berbayar yang paling sesuai dengan kebutuhan dan paling terjangkau. Jika terpaksa, barulah menggunakan aplikasi yang gratisan meski fiturnya kadangkala tak sebaik dan selengkap yang berbayar.
Sebagai contoh, sampai sekarang, saya lebih memilih perangkat lunak perkantoran MS Office ketimbang menggunakan aplikasi bawaan Mac OS (Pages, Numbers, Keynote) atau aplikasi open source seperti Open Office & Libre Office. Steve Jobs, founder Apple, pernah mengakui bahwa aplikasi perkantoran buatan Microsoft itu belum ada yang menandingi. Hingga sekarang pun, menurut saya MS Office masih lebih powerful ketimbang aplikasi perkantoran bawaan Mac.
Varian Office 365 hadir dengan sistem subskripsi yang berbeda dengan model pembelian perangkat lunak Microsoft seperti yang sudah-sudah. Jika dahulu untuk membeli sebuah perangkat lunak bisa jutaan, sekarang bisa dibeli dengan harga ratusan ribu. Ada beberapa versi Office 365, termasuk versi Personal, Home & Business, serta University.
Untuk membeli Office 365 versi Personal, saya cukup merogoh kocek lima ratus ribu rupiah. Sudah semakin murah, jika dibandingkan saat awal-awal rilis (jika tak salah harganya sampai 700-an ribu kala itu). Namun, harga tersebut hanya berlaku untuk satu tahun berlangganan. Jika masa berlangganan habis, maka saya harus memperpanjang masa berlangganan tersebut dengan membeli ’serial number’. Kelebihan varian Office 365 yaitu jika ada update dan upgrade dari Office, maka Office 365 yang kita gunakan akan mendapatkan pembaruan secara otomatis dan gratis.
Saya membeli versi Office 365, selain karena kebutuhan dan menghindari pembajakan, juga ingin mencoba fitur-fitur terbaru Office 365 yang menurut saya layak untuk dicoba. Apa saja fitur-fitur yang ada di Office 365 Personal?
- Serial number dapat dipasang untuk aplikasi Office 365 pada komputer (Windows/Mac) maupun perangkat mobile, masing-masing hanya berlaku untuk satu perangkat.
- Aplikasi Office termasuk layanan Word, Excel, PowerPoint, OneNote, dan Outlook.
- Mendapatkan penyimpanan tambahan OneDrive hingga 1 TB (1000 GB), serta satu jam layanan Skype ke berbagai negara.
Saat boks Office 365 dibuka, saya tak menemukan keping CD, tetapi hanya sebuah kartu yang berisi serial number. Lalu bagaimana mendapatkan file installer-nya? Dalam boks tersebut ada kertas petunjuknya. Saya diminta untuk mengunduh file tersebut sesuai dengan alamat URL yang diberikan (office.com). Sebelum mengunduh, siapkan terlebih dahulu akun email live.com.
Ukuran file Office 365 yaitu sekitar 1,26 GB. Jadi, bersiaplah untuk menyediakan koneksi internet yang cukup agar proses unduhnya cepat. Saya sendiri mencoba mengunduh menggunakan modem yang mendukung 4G. Tak sampai sejam, file unduhan telah siap untuk dipasang.
Proses selanjutnya adalah melakukan instalasi Office 365. Tunggu prosesnya sampai selesai hingga muncul otentikasi untuk memasukkan akun live.com dan serial number. Berhubung versi terbaru Office saat ini adalah Office 2016, maka Office yang terinstal di laptop adalah versi Office 2016. Tampilan yang elegan dan premium untuk sebuah produk berbayar.
Jika dibandingkan Office 2011 for Mac, tampilan Office 365 tampak lebih flat. Saya memandang Office 2011 for Mac seperti tampilan MS Office Windows 2007. Tak seperti Office 2011 for Mac, Office 365 sudah mendukung moda dual screen pada sistem operasi El Capitan.
Tertarik untuk mencoba?