Kiat Mengelola Push Notification Situsweb Agar Tidak Mengganggu Subscriber

Kiat Mengelola Push Notif Situsweb Agar Tidak Mengganggu Subscriber

RIM (Research in Motion) melalui perangkat Blackberry-nya adalah entitas yang pertama kali mengenalkan layanan ‘push service’. Layanan yang kelihatannya tampak sederhana itu turut mempopulerkan Blackberry. Sebuah gadget yang menjadi jembatan antara ponsel biasa (era Nokia) dengan ponsel cerdas (smartphone) ala iPhone dan Android yang kita kenal sekarang.

Seperti yang sudah kita ketahui, Blackberry dikenal sebagai gadget yang sangat membantu produktivitas manusia di masanya, terutama bagi orang-orang yang bekerja secara mobile dan ingin mendapatkan notifikasi penting secara real-time, kapan pun dan di mana pun sedang berada.

Blackberry boleh saja sudah mengalami kejatuhan dan tertinggal jauh oleh iPhone dan Android. Namun, salah satu warisan Blackberry di dunia gadget yang jarang sekali mendapatkan sorotan saat ini adalah layanan push notification. Blackberry bisa dibilang sebagai perangkat yang pertama kali mempopulerkan push notification, dari email maupun dari aplikasi messaging berbentuk Blackberry Messenger (BBM).

Layanan itu mengubah cara orang berkomunikasi melalui ponsel cerdas. Orang tidak perlu lagi membuka layar ponselnya sambil memencet-mencet menu yang ada didalamnya hanya untuk mengecek informasi terbaru yang baru saja masuk ke dalam akun email. Begitu push notif terkirim, seketika layar ponsel pengguna akan aktif dan menampilkan informasi tanpa harus menghidupkan ponsel.

Dalam perkembangannya, layanan push notification juga diadopsi oleh iPhone dan Android. Blackberry semakin ditinggalkan dan kini penggunanya sudah sangat sedikit. Namun, layanan inilah yang pada awalnya membuat percaya diri para developer mobile bahwa masa depan teknologi mobile ada pada aplikasi, bukan mobile web. Aplikasi dibekali fitur push notification yang belum ada pada situsweb ketika itu.

Teknologi berkembang. Layanan push notification semacam ini ternyata bisa dipasang pada platform web. Push notification untuk browser pertama kali diperkenalkan Google pada tahun 2013 melalui integrasi pada browser Chrome.

Kini bukan saja melalui layanan email—layanan yang pertama kali mengadopsi push notification pada situsweb, tetapi juga hampir setiap web bisa dipasangi layanan ini. Pun hampir semua browser sudah mendukung push notification. Kini web-web yang menggunakan layanan ini adalah web yang bergerak di bidang e-commerce dan media.


Di bidang e-commerce, push notif sering digunakan untuk mengabarkan promo-promo terbaru yang sedang berlangsung pada periode tertentu. Di bidang media, push notif sering dipakai untuk memberikan notifikasi untuk artikel berita yang sedang viral atau dibicarakan banyak orang, termasuk netizen.

Puluhan layanan push notification mulai bermunculan. Push notification juga membuka peluang sebagai salah satu kanal yang bisa digunakan untuk menyemai iklan. Sebut saja seperti OneSignal, iZooto, Amazon SNS, Pushwoosh, Catapush, Taplytics, dan sebagainya. Beberapa layanan tersebut kini juga sudah bisa diintegrasikan dengan baik ke dalam platform web CMS, semisal WordPress.

Pemanfaatan push notif pun semakin jamak. Pertanyaannya kemudian adalah apakah dengan semakin banyaknya notifikasi yang diterima user itu akan membantu atau justru malah akan mengganggu?

Bayangkan jika kamu melanggan (subscribe) tiga situsweb media dan lima situsweb e-commerce. Sementara dalam sehari saja setiap situsweb setidaknya melakukan lima kali push notif. Layar smartphone maupun laptop Anda bisa jadi akan menerima notifikasi setiap beberapa menit sekali dengan informasi yang barangkali tidak diperlukan, bukan?

Sementara itu, di sisi publisher atau pemilik situsweb, layanan push service diperlukan untuk menaikkan engagement dengan cara mengingatkan (reminder) pengguna. Satu hal yang perlu diingat bahwa kehadiran fitur push notification jangan sampai membuat user kapok dan segera berpaling dari web. Sehingga kesannya justru akan kontraproduktif, yakni membuat nilai bounce rate kunjungan web semakin kacau.

Lalu, adakah saran yang pas bagi publisher soal bagaimana menampilkan push notification terbaik untuk mencapai pengalaman pengguna (user experience) terbaik? Kelompok studi Nielsen Norman Grup yang banyak meneliti suatu sistem dari sisi UX memberikan saran-saran terkait hal tersebut.

Saran-saran berikut saya pilah berdasarkan konteks untuk push notif berbasis mobile web. Untuk konteks push notif pada aplikasi mungkin saja terdapat beberapa perbedaan.


Berilah informasi yang jelas kepada pelanggan push notif

Ketika seorang user pertama kali melanggan konten push notif kamu, pastikan bahwa informasi notifikasi yang dilanggan olehnya benar-benar jelas. Informasi ini bisa ditampilkan saat user baru saja melakukan subscribe ke dalam web kita.

Misalnya si X berlangganan sebuah situsweb e-commerce yang push notifnya berisi promo-promo terbaru dari web tersebut, maka pastikan bahwa pengguna mendapat pemberitahuan bahwa informasi yang ditampilkan pada push notif tersebut adalah konten promo terbaru dari web tersebut. Jangan sampai informasinya justru membingungkan, misalnya berisi informasi artikel-artikel blog terbaru yang ada pada situs e-commerce tersebut.

Tidak mengirim push notif secara membabi buta

Terlalu sering melakukan push notif juga akan membuat kesal pelanggan. Bisa jadi si pelanggan lebih memilih untuk unsubscribe alih-alih menantikan informasi penting apa yang bisa ia dapatkan dari layanan push notif tersebut. Ingat, tujuan utama push notif adalah untuk ‘mengingatkan’, bukan untuk membanjiri pelanggan dengan informasi!

Publisher bisa melakukan uji coba dan melakukan evaluasi mandiri, seberapa banyak push notif yang ‘paling aman’ dalam sehari? Istilah ‘paling aman’ di sini mengacu pada kuantitas push notif yang bisa sama-sama dipahami publisher maupun user, tidak terlalu mengganggu user tetapi juga sekaligus memuaskan publisher.

Publisher juga bisa melakukan best practices soal kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan push notif. Pagi, siang, malam, atau berdasarkan jam-jam atau momen-momen tertentu saja. Sejauh ini belum ada rumus yang baku seberapa banyak sebuah situsweb harus melakukan push notif dalam sehari karena karakter publisher dan user setiap web bisa berbeda-beda demografinya.

Tidak mempublikasikan konten push notif yang kurang relevan

Merambahnya iklan ke dalam layanan push notification pada satu sisi bisa merugikan pelanggan. Apalagi jikan konten iklan tersebut berisi hal-hal yang tidak disukai pengguna atau tidak ada relevansinya dengan konten utama situsweb.

Misalnya sebuah web e-commerce jual beli sepatu justru menampilkan push notification yang berisi informasi judi bola online. Akan lebih relevan jika iklan yang ditampilkan berisi konten push notif jasa layanan cuci sepatu atau iklan jasa perbaikan sol sepatu.

Beberapa layanan push notif biasanya menyediakan beberapa opsi menarik untuk versi berbayar. Misalnya dengan versi berbayar, web kamu tidak perlu menampilkan iklan sama sekali atau tetap menampilkan iklan tetapi pengaturan iklannya bisa dipersonalisasi berdasarkan jenis web. Sebagai pemilik web e-commerce, ada baiknya untuk mempertimbangkan layanan push notif yang terbaik. Baik yang gratisan maupun berbayar.

Tidak menyulitkan pelanggan untuk berhenti melanggan push notif

Memang tidak mudah menyamaratakan isi kepala setiap orang. Subscriber web kita pun punya hak untuk berhenti melanggan push notif yang kita tawarkan setelah beberapa waktu. Publisher harus mawas diri bahwa tidak semua orang suka dengan push notification.

Ketika seseorang memutuskan untuk berhenti melanggan push notif, ia seharusnya sudah punya banyak pertimbangan. Misal jangan-jangan ia berhenti berlangganan karena konten push notifnya memang sudah mengganggu, jangan-jangan karena ia memang tidak perlu diingatkan lewat push notif, atau jangan-jangan ia sudah telanjur banyak melanggan push notif sehingga ada baiknya untuk dikurangi. Hampir semua layanan push notif menyediakan dashboard atau panel untuk memantau jumlah pengguna yang aktif subscribe maupun yang sudah unsubscribe.

Yang jelas, jika ada seseorang yang berhenti berlangganan push notif belum tentu ia akan selamanya berpaling dari web kita. Oleh karena itu, jangan sampai lupa menyematkan sebuah tombol menu pada situsweb yang fungsinya untuk berhenti melakukan langganan push notif.

Beberapa bacaan bermanfaat seputar push notification:

Komentar
You May Also Like