Semenjak pertama kali digelar tahun 2016 lalu di Jakarta, bazar buku Big Bad Wolf akhirnya menyambangi Jogja. Sebelumnya, BBW juga pernah dihelat di kota-kota besar lain seperti Bandung, Surabaya, dan Medan. Bazar ini sudah seperti acara tahunan yang dinanti-nantikan masyarakat literasi karena menawarkan diskon buku impor hingga 80%.
Seperti sudah diketahui, BBW awalnya diinisiasi oleh pasangan suami istri asal Malaysia, Andrew Yap dan Jacqueline Ng. Mereka pertama kali menggelar bazar buku pada tahun 2009 dan berhasil menyedot animo masyarakat di sana. Uniknya, bazar buku tersebut pernah dinobatkan sebagai acara terpadat dan tersibuk di Malaysia dibanding acara festival sejenis yang lain.
Selain pernah digelar di Malaysia dan Indonesia, BBW juga pernah digelar di negara-negara seperti Myanmar, Filipina, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Uni Emirat Arab.
Jogja yang sudah dikenal sebagai kota pelajar sejak dulu sepertinya agak terlambat didatangi BBW. Untunglah BBW tidak melupakan Jogja. Selain dikenal sebagai kota pelajar yang terdiri dari banyak kampus dan sekolah, Jogja bisa dibilang juga sebagai salah satu sentra penerbitan buku yang banyak didistribusikan ke seantero Indonesia.
Di zaman yang sudah serba online ini, aktivitas mendatangi pameran buku menjadi tidak menarik jika tidak ada nilai tambahnya. Nah, di BBW ini nilai tambahnya yaitu selain ongkos masuknya gratis, buku-buku yang dijual pun kebanyakan buku-buku impor, termasuk buku anak-anak. Meskipun di sana juga menjual buku-buku berbahasa Indonesia dari penerbit lokal.
Saya berkunjung ke BBW Jogja di hari pertama menggunakan tiket Preview Pass. Tiket Preview Pass bisa didapatkan siapa saja yang sebelumnya mendaftar di halaman web BBW. Bisa didapatkan secara gratis. Jadi, memang di hari pertama ini pengunjung yang diizinkan masuk adalah mereka yang sudah punya tiket ini. Satu tiket bisa digunakan sebagai tanda masuk dua orang dewasa sekaligus.
Bazar buku BBW ini digelar di gedung Jogja Expo Center (JEC). Tidak seperti saat menggelar festival clothing yang menggunakan seluruh gedung JEC, BBW hanya menggunakan separuh bagian gedung JEC.
Sistem jual buku di BBW menggnakan metode layaknya swalayan. Buku-buku yang dijajakan ditumpuk dan dibedakan sesuai dengan judul dan kategori atau genre buku. Secara umum, buku yang dijual terdiri dari buku impor dan buku lokal (dari penerbit Mizan). Buku impor terdiri dari berbagai penerbit, baik fiksi maupun nonfiksi.
Dan yang tak kalah menarik, BBW juga banyak menjual buku anak-anak dari berbagai rentang usia, dari buku batita sampai balita. Ada buku menggambar, buku cerita, activity book, buku puzzle, kartu belajar anak, sampai buku berbasis Augmented Reality (AR). Jangan heran jika banyak pengunjung di sana yang membawa anak-anak kesayangan mereka.
Untuk memudahkan pengunjung membawa buku, panitia BBW sudah menyediakan keranjang belanja seperti di supermarket. Ada yang bentuknya jinjingan maupun yang bentuknya troli. Jadi, bisa dibilang BBW adalah swalayan yang menjajakan buku.
Ada satu lokasi khusus yang hanya berisi sekumpulan kasir seperti layaknya supermarket. Semua belanjaan bisa dibayar menggunakan uang cash maupun kartu ATM. Kebetulan BBW di Jogja bekerja sama dengan Bank BCA. Pembeli yang kebetulan sudah punya kartu debit maupun kredit BCA akan sangat diuntungkan dengan banyaknya promo yang ada di sana.
Saya datang ke BBW karena tertarik dengan buku-buku nonfiksinya. Rencana hanya ingin melihat rak-rak nonfiksi dengan topik sepakbola, teknologi, bisnis, dan musik. Membaca judul-judul yang dipajang di sana kadang membuat kalap. Selain kadang cover buku impor itu tak kalah bagus dengan buku lokal, juga harganya yang rata-rata ada di bawah seratus ribu per judul.
Oya, saya juga membeli beberapa buku anak yang mau saya simpan dulu buat oleh-oleh si kecil yang baru saja lahir. Beberapa buku gambar, buku interaktif augmented reality, dan kartu mengenal angka dan huruf. Kelak buku-buku itu bisa bermanfaat sebagai media belajar usia dini. Hehe…