“Saya ingin beli iPhone. Saya ingin beli Blackberry. Saya ingin beli Android. Ah, biarpun mereka sudah pake smartphone, saya masih setia handphone low-end kok.” Akhir-akhir ini persaingan teknologi di bidang industri mobile phone bisa dibilang sedang mencapai klimaksnya. Yang membuat gempar fenomena tersebut bermula dari sebuah platform baru yang muncul di pasaran dan dianggap mempunyai reputasi bagus, ialah Android. Sistem operasi khusus dirancang untuk perangkat mobile dan tablet yang dikeluarkan oleh Google, sebuah perusahaan yang dikenal orang sebagai mesin penghasil inovasi, open source pula.
Jika kita ingat perjalanan kehadiran mobile phone beberapa tahun silam, tipe perangkat mobile phone semakin “smart”. Ketika internet belum dikenal, orang-orang tertarik untuk membeli mobile phone yang hanya bisa melakukan komunikasi teks (SMS) dan panggilan telepon semata. Masa berikutnya adalah ketika internet berstatus “ready”, beberapa mobile phone dibuat agar bisa membuka halaman web, meskipun dengan kualitas yang masih sederhana. Kemunculan PDA (Personal Digital Assistant) menjadi alternatif, dengan rata-rata ukuran perangkat lebih besar dari mobile phone biasa dan teknologi touch screen mulai dikenalkan. Hingga pada akhirnya muncul smartphone yang memanjakan penggunanya dengan fitur-fitur multimedia kelas tinggi layaknya sebuah komputer portabel.
Nokia, Samsung, dan Sony Ericcsson adalah kompetitor-kompetitor di kancah mobile phone berjenis lowend hingga highend, selain berbagai macam produk-produk buatan China yang terkenal murah. Windows Mobile, iOS (iPhone/Apple), Blackberry OS, Bada (Samsung), Nokia OVI, hingga Android adalah platform-platform sistem operasi smartphone yang marak dewasa ini. Windows Mobile dulu terkenal dengan perangkat PDA-nya, kini mulai menyentuh smartphone dan tablet. iPhone adalah produk non-mainstream, produk eksklusif yang harganya terlalu mahal bagi kebanyakan orang Indonesia, serta terkenal dengan usability nomer satu dibanding sistem operasi lain. Blackberry adalah unik, dulu awalnya hanya dimiliki untuk para pebisnis yang punya jam kerja tinggi, tetapi sekarang adalah idola masyarakat mainstream Indonesia. Bada dan Nokia OVI adalah produk yang idealis, masih berharap bisa menjadi pesaing sistem operasi smartphone yang lain. Yang terakhir adalah Android, yang notabene adalah produk alternatif dari sistem operasi iPhone yang dijual murah karena keluaran Google, juga diprediksi menjadi trendsetter yang terus berevolusi.
Jejaring informasi dan sosial kian merajalela, kebutuhan akan koneksi internet portabel pun semakin dibutuhkan masyarakat modern. Tidaklah mengherankan apabila masyarakat mulai peduli dengan mengikuti tren penggunaan teknologi mutakhir. Seperti asal muasalnya, teknologi pada dasarnya diciptakan untuk memudahkan manusia melakukan aktivitas khusus, tetapi tidak menggantikan aktivitas tersebut. Akal sehat manusialah yang mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa jauh sih kita bisa mengeksplorasi teknologi tersebut untuk efisiensi dan efektivitas kehidupan kita sehari-hari?
Saya akan mengulas sedikit tentang kemanfaatan smartphone. Mungkin ada banyak sebutan tentang smartphone, misalnya “ponsel pintar”, “komputer portabel”, dsb. Secara fisik smartphone adalah komputer berukuran kecil, karena didalamnya memiliki processor, storage, dan sistem operasi tertentu. Sedangkan secara fitur, yang juga sebagai pembeda telepon seluler biasa, smartphone adalah telepon seluler yang didesain untuk melakukan banyak aktivitas multimedia. Entah itu menjelajah internet, membuka email, mengambil gambar, memainkan musik, menampilkan video, bermain game, dan beberapa fitur/aplikasi khusus yang dibuat untuk berbagai tujuan. Semua menjadi mudah dan simpel, orang tak harus buka komputer/laptop untuk melakukan aktivitas tersebut.
Fitur yang paling diunggulkan sebagai alasan orang menggunakan smartphone, setidaknya sampai detik ini, adalah kemudahan koneksi dengan dunia maya. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa smartphone-smartphone keluaran baru-baru ini memang didesain untuk itu. Orang yang gemar online tidaklah berlebihan jika mempunyai smartphone. Mereka harus beranggapan bahwa dengan menggunakan perangkat tersebut update status di jejaring sosial menjadi lebih mudah, berbagi sesuatu dengan orang lain jadi lebih fleksibel, komunikasi dengan orang lain tak perlu repot, berhubungan dengan email semudah membaca SMS, dan berbagai macam bentuk sinkronisasi lain yang mencirikan masyarakat Web 2.0.
Apa itu masyarakat Web 2.0? Ialah pola interaksi antara satu manusia dengan manusia lain yang saling berbagi, dalam hal apapun. Mereka adalah masyarakat yang tidak lagi memikirkan jarak sebagai penghalang untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan sesuatu yang positif. Fokus utamanya adalah penyajian konten. Apa jadinya kalau orang-orang di sekitar kita adalah orang-orang yang rajin berbagi informasi di dunia maya, sedangkan kita hanya mengandalkan dunia nyata? Itu jaman dulu jack! Betapa sulitnya dulu berbagi informasi, sedangkan ketika segalanya sekarang dimudahkan, kenapa tak dimanfaatkan secara maksimal? Oleh karena itulah, mari bagikan ilmu yang kita miliki dengan media-media yang ada. Percuma jika kita hanya bisa menjadi pembaca pasif, teknologi yang kita genggam sekarang jadi benar-benar tak berguna.
Saya jadi membayangkan ketika orang-orang asyik berkomunikasi dua arah di dunia maya, lalu ada seorang yang sama sekali tidak tahu menahu manfaatnya, sungguh betapa tertinggalnya dia akan informasi. Televisi, radio, dan surat kabar, bukanlah media yang bisa menjaring aspirasi seluruh umat.
Coba bandingkan dengan Facebook, Twitter, dan lainnya, kita bisa dengan leluasa mengeluarkan pengalaman, emosi, pendapat, kritikan, saran, dsb. Jika Anda tidak siap dengan hal-hal seperti itu, maka menurut saya tidak perlu menggunakan teknologi smartphone yang sedang berkembang.
Cukup gunakan perangkat yang Anda butuhkan, jangan sampai teknologilah yang justru menyetir Anda menjadi pribadi yang gemar mengikuti tren dan menyia-nyiakan uang, sedangkan Anda sendiri masih gagap teknologi.