Tiada pernah terasa bahwa hari itu tibalah saatnya kami melepas titel sebagai mahasiswa. Saya masih ingat, kurang lebih empat tahun lalu kami telah bersusah payah, berjuang, dan merangkai mimpi untuk bisa menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik negeri ini, Universitas Gadjah Mada. Banyak kisah suka dan duka ketika menjalani masa-masa perkuliahan. Saya bangga telah mengenal banyak teman dari berbagai latar belakang. Saling belajar dan berkarya bersama untuk menjadi yang terbaik.
Saya terkadang masih merindukan perjalanan selama kuliah dari satu semester ke semester berikutnya. Semester pertama adalah masa-masa penjajagan, dimana seorang anak SMA yang baru lulus mengenal lingkungan di kampus tempatnya belajar. Kegiatan yang populer di semester itu adalah ospek dan pengenalan kampus. Kita benar-benar ditempa bagaimana seharusnya jadi mahasiswa dan apa yang harus dilakukan di semester-semester berikutnya.
Pada semester satu sampai empat saya masih memberanikan diri untuk berjalan kaki dari kos ke kampus setiap hari. Mengingat jarak kos dan kampus masih terjangkau. Di semester-semester itu, saya juga masih rajin mencuci semua pakaian-pakaian saya setiap tiga hari sekali. Jadi, waktu harian banyak dikuras untuk jalan kaki, mencuci, istirahat, kuliah, dan beban mengerjakan tugas serta laporan praktikum. Masa-masa itu adalah masa-masa saya prihatin dengan keadaan. Saya jarang bermain ke luar, kecuali jika ada hal yang benar-benar diperlukan. Kendaraan favorit saya adalah bus kota Jogja kemana pun saya pergi.
Namun, ketika suatu hari kampus saya berpindah tempat karena sedang diperbaiki, saat itulah saya mulai memerlukan kendaraan. Saya bukan tidak mungkin berjalan ke tempat kuliah yang baru, tetapi hal tersebut dirasa tidak efektif. Berbekal kendaraan tidak berarti saya lantas gemar bepergian seperti kehidupan mahasiswa yang lain. Bisa dihitung dengan jari selama kuliah di sini pernah ke bioskop, mall, atau tempat-tempat kapitalis di kota besar ini. Hanya sesekali dan biasanya jalan-jalan sendiri atau ada keperluan ke tempat-tempat, sekedar menghilangkan rasa bosan.
Saya memang termasuk mahasiswa yang biasa-biasa saja. Tidak ada satu pun organisasi ataupun UKM yang saya ikuti selama kuliah. Saya merasa semuanya tidak/belum ada yang cocok dengan diri saya. Saya pernah sesekali mengikuti beberapa recruitment, tetapi nyatanya saya memang tidak diterima. Lama-kelamaan saya menjadi muak dengan hal-hal seperti itu. Namun, bukan berarti saya apatis dengan diri saya. Justru semua itu malah meningkatkan hasrat saya untuk terus bisa membuktikan diri dengan berkarya lebih baik lagi. Saya masih merasa nyaman dan mandiri untuk menghadapi semua itu.
Menginjak semester lima dan seterusnya, berbagai kompetisi dan peluang saya cobai satu per satu sesuai dengan kemampuan. Mulai banyak membaca dan melihat realita. Mulai intens untuk berkarya dan menetapkan jalur, juga masa depan. Sering gagal, bimbang, bahkan kadang gak bisa apa-apa lagi. Saya pikir itulah hidup, kadang harus terengah-engah, kadang ingat dan bangga dengan apa yang sudah dimiliki. Termasuk ketika tersadar menjadi salah satu bagian dari universitas terbaik negeri ini, UGM.
Semua pengalaman dan lingkungan yang saya dapat selama kuliah sudah tentu membentuk karakter diri. Inspirasi banyak dari orang-orang dan teman-teman sekitar. Banyak teman-teman yang berprestasi dan sukses. Berbeda sekali rasanya atmosfir persaingan di jenjang perkuliahan jika dibandingkan dengan masa-masa sekolah. Rasa toleransi kepada sesama mahasiswa dengan berbeda latar belakang harus benar-benar dipahami. Entah itu memilih teman, pergaulan, atau komunitas.
Kini satu tahap sudah berakhir. Mimpi saya untuk bisa menyelesaikan kuliah tercapai, di bulan November tahun ini. Sebentar lagi adalah tahun 2012, masih ada harapan untuk mengikis kegagalan dan ketidakberuntungan di tahun-tahun sebelumnya. Teman-teman sudah mulai beranjak untuk menggapai masa depan masing-masing, mencari kerja, melanjutkan studi, atau berwirausaha. Suatu saat kita semua pasti bangga pernah jadi satu angkatan di universitas ini.
Saya ingat sambutan Pak Rektor UGM ketika wisuda kemarin “UGM Pelita Jalanku, Indonesia Kami Datang!”. Dada saya bergetar ketika semboyan itu dilantunkan. Semboyan yang mengartikan bahwa dengan menjadi seorang lulusan UGM, janganlah lupa dengan almamatermu ketika suatu saat banyak di antara kita yang sudah bisa membangun Indonesia dengan berbagai strata dan jabatan di dalam masyarakat, bangsa, maupun negara. Melepas titel sebagai mahasiswa bukan berarti menjadi orang yang tak berguna. Semangat dan idealisme harus tetap dijaga sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Sebetulnya tulisan ini saya ketik seusai wisuda, tapi berhubung belum ada mood untuk melanjutkan lagi, maka akhirnya saya selesaikan hari ini. Saya dedikasikan tulisan ini sebagai bentuk rasa bangga saya kepada civitas akademika UGM atas ilmu dan pengabdiannya. Kebetulan hari ini adalah hari jadi Universitas Gadjah Mada yang berdiri sejak 1949. Dirgahayu Universitas Gadjah Mada ke-62!
Dear all of my friends, thanks for all the joy in good times and the bad… See you next time!